Kamis, 26 Januari 2017

Revolusi Pertanian vs Involusi Pertanian

“Involusi pertanian” merupakan gejala yang hanya ditemukan di Indonesia. Sangat khas Indonesia. Sementara “revolusi pertanian” merupakan istilah yang sangat umum. Menarik membandingkan dua gejala yang sama-sama berkahiran dengan “lusi” ini, karena keduanya memang secara diametral berbeda.

Involusi pertanian adalah penyesuaian kelembagaan di desa, yang terjadi pada masa feodal, sebagai respon menghadapi tekanan tanam paksa di Jawa. Sebagaimana hasil penelitian Clifford Geertz, ini hanya terjadi di Jawa. Ia menyebutnya  sebagai fenomena “involusi pertanian”. Tentu istilah ini bertolak dari konsep “revolusi pertanian”, namun berkembang ke arah sebaliknya dari yang diharapkan. Masyarakat yang masih kuat sifat komunalitasnya melakukan adaptasi organisasi produksi sedemikian rupa, dimana dengan tanah yang tersisa, lembaga desa menjamin seluruh orang yang menginginkan pekerjaan memperoleh bagian, sehingga setiap warga terjamin kebutuhan subsistensinya.

Perbedaan revolusi pertanian dengan involusi pertanian

Revolusi pertanian
Involusi pertanian

Merupakan perubahan atau lompatan besar dalam sektor pertanian yang dicapai sebuah bangsa

Suatu perubahan yang sesngguhnya hanya jalan ditempat. Tidak ada kemajuan yang berarti.
Perubahan struktural dan kultural yang terjadi luas dan berskala makro, yang merupakan basis peradaban masyarakat.
Penyesuaian struktur internal antara pemilik tanah dengan petani penyakap dan buruh tani. Terjadi di lingkup kecil saja.
Misalnya adalah revolusi pertanian Arab dan Revolusi Pertanian Inggris
Hanya berlangsung di pedesaan sawah Jawa pada era Tanam Paksa pertengahan abad ke 19.
Berkenaan dengan penggunaan ilmu pengetahuan yang lebih maju dibanding era sebelumnya, mulai dari pengetahuan tentang cara pengklasifikasian tanaman, teknik pengolahan tanah, pengetahuan untuk mensiasati iklim, dll
Merupakan perubahan kecil dalam sistem hubungan budidaya padi di Jawa, dimana pemilik tanah sawah rela menyerahkan pengelolaan lahannya kepada penyakap dan buruh tani, untuk dikerjakan secara bersama-sama dengan jumlah orang yang sesungguhnya lebih dari yang dibutuhkan untuk sebidang tanah.
Faktor pendorong timbulnya adalah kebutuhan peradaban untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Secara spesifik adalah adanya tekanan penduduk dan semakin meningkatnya kebutuhan untuk produksi pertanian, yang tidak hanya untuk pangan tetapi juga pakaian.
Faktor penyebabnya adalah banyak petani dan pekerja sementara lahan terbatas akibat tanah diambil paksa penjajah Belanda untuk ditanam tanaman ekspor. Akibatnya, puluhan pekerja mengerjakan sebidang tanah sawah yang sempit, sehingga hal yang tidak penting juga dikerjakan. Tujuannya adalah demi menjamin kebutuhan pangan warga sedesa, agar hasil panen bisa dibagi untuk mereka.
Basisnya adalah kemajuan, peningkatan dan modernisasi.
Basisnya adalah solidaritas sosial, social security dan kewajiban patron kepada client.

Sesungguhnya saat ini, saya bisa katakan bahwa “involusi pertanian” masih berlangsung, meskipun bentuknya tidak persis sama dengan yang dulu. Dengan tanah yang semakin sempit, dan penduduk yang mau bertani masih tetap banyak, maka sepetak lahan dikerjakan oleh jumlah tenaga kerja yang melebihi kebutuhan teknis. Jika tanggung jawab sosialnya dulu berada di level pemerintah desa, saat ini semakin individualistis, hanya pada relasi antara pemilik tanah dengan penyakap, dan di dalam keluarga.


Kita masih sering menemukan sebidang tanah disakapkan oleh pemiliknya yang sesungguhnya ia masih sanggup menggarap sendiri. Namun, karena merasa kasihan dan sebagai bentuk kesalehan sosial menjaga hidup kerabat dan saudaranya, maka ia sakapkan, sehingga lebih banyak orang yang dapat memperoleh berkah dari tanah tersebut. Adalah fakta yang umum, orang tua membagi tanahnya (disakapkan) ke anak-anaknya jika tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dikerjakan anaknya. Padahal sesungguhnya si orang tua belum ingin istirahat dan masih mampu mengerjakan sendiri sawahnya. Artinya, solidaritas sosial di masyarakat masih kuat, namun bentuknya lebih primordial dan semakin menyempit.*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar