Minggu, 15 Januari 2017

Bertani Sebagai Bisnis vs Sebagai Way Of Life



Kita begitu sering dulu mendengar istilah bertani sebagai “way of life”. Sebagai jalan hidup. Sekarang istilah ini semakin jarang keluar, karena terhimpit dengan petani sebagai pelaku agribisnis. Sesungguhnya apa sih bedanya? Petani tentulah bertani. Dalam bahasa Inggris, pertanian adalah agriculture. Kata culture atau budaya menunjukkan perilaku atas sesuatu yang sudah membudaya.  Bukan perilaku yang didasarkan hasil pemikiran sesaat, tetapi sudah mendarah-daging yang dijalankan sesuai dengan “irama alam” dari dasawarsa ke dasawarsa. Jadi, pertanian sejati (agriculture) melekat pada diri petani yang menjadikan bertani sebagai way of life ini.

Komparasi antara sosok petani sebagai usaha bisnis dibandingkan dengan sebagai jalan hidup

Bertani sebagai bisnis
Bertani sebagai jalan hidup
Apapun yang ditanam adalah untuk dijual, untuk dijadikan uang. 
Sebagian dimakan sendiri, sebagian dijual. Dijual jika sudah berlebih. Bertani sebagai way of life atau livehood.
Menanam apa yang paling laku di pasaran.
Menanam apa yang paling dibutuhkan di keluarga dan di komunitas sendiri.
Tanaman bisa apa saja, tidak harus tanaman pangan.
Mengutamakan menanam tanaman pangan
Sebisa mungkin mengupahkan dan tidak harus ke sawah dan ladang langsung. Menjadi petani adalah bidang bisnis. Hati dan jiwanya bukan petani meski memproduksi komoditas pertanian.
Bertani, mengolah tanah, main lumpur, berkeringat adalah kebanggaannya. Merasa terpanggil jiwa dan hatinya untuk mengolah dan membuat tanahnya produktif demi kebaikan. Bertani langsung adalah sesuatu yang membanggakan.
Sosoknya keren, berpakaian perlente, pakai sepatu, keliling kebun dengan mobil gardan ganda.
Petani kumuh, yang berangkat pagi-pagi, pulang sore dengan baju kerja biasanya berwarna gelap, kotor dan basah. Biasanya berangkat ke ladang pakai sepeda, motor, atau mengendarai gerobak atau traktor dari rumah. Pulangnya memanggul rumput untuk ternak sekalian menggring satu dua ekor ternak (kalau di Pariaman biasa bawa “baruak”)
Umumnya disebut dengan “Petani Berdasi”.
Ada yang menyebut dengan “Kaum Bercaping”
Bisa dengan mudah berganti-ganti pekerjaan. Jika bertani tidak menguntungkan mereka pindah ke profesi lain.
Perilaku yang mendarah daging, semenjak lama, dan berniat untuk menjadi petani sampai tua.


Pembedaan ini bukan bermaksud bahwa yang ini baik yang itu buruk. Bukan kategori normatif. Ini cuma sekedar menunjukkan bahwa ada dua tipe petani saat ini, tepatnya dua kutub tipe petani. Karena sesungguhnya yang banyak eksis mungkin antara keduanya, bukan yang kiri bukan yang kanan. Sulit juga mencari petani yang betul-betul ada di posisi di kanan yang sosoknya sebagai petani ideal, atau sebaliknya. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar