Kita begitu sering dulu mendengar istilah bertani sebagai
“way of life”. Sebagai jalan hidup.
Sekarang istilah ini semakin jarang
keluar, karena terhimpit dengan petani sebagai pelaku agribisnis. Sesungguhnya
apa sih bedanya?
Petani tentulah bertani. Dalam
bahasa Inggris, pertanian adalah agriculture. Kata “culture” atau
budaya menunjukkan perilaku atas sesuatu yang sudah membudaya. Bukan
perilaku yang didasarkan hasil pemikiran sesaat, tetapi sudah mendarah-daging
yang dijalankan sesuai dengan “irama alam” dari dasawarsa ke dasawarsa. Jadi, pertanian sejati (agriculture) melekat pada diri petani
yang menjadikan bertani sebagai way of
life ini.
Komparasi antara
sosok petani sebagai usaha bisnis dibandingkan dengan sebagai jalan hidup
Bertani sebagai bisnis
|
Bertani sebagai jalan hidup
|
Apapun yang ditanam adalah
untuk dijual, untuk dijadikan uang.
|
Sebagian dimakan sendiri, sebagian dijual. Dijual jika
sudah berlebih. Bertani sebagai way of life atau livehood.
|
Menanam apa yang paling laku
di pasaran.
|
Menanam apa yang paling dibutuhkan di keluarga dan di
komunitas sendiri.
|
Tanaman bisa apa saja, tidak
harus tanaman pangan.
|
Mengutamakan menanam tanaman pangan
|
Sebisa mungkin mengupahkan
dan tidak harus ke sawah dan ladang langsung. Menjadi petani adalah bidang
bisnis. Hati dan jiwanya bukan petani meski memproduksi komoditas pertanian.
|
Bertani, mengolah tanah, main lumpur, berkeringat
adalah kebanggaannya. Merasa terpanggil jiwa dan hatinya untuk mengolah dan
membuat tanahnya produktif demi kebaikan. Bertani langsung adalah sesuatu
yang membanggakan.
|
Sosoknya keren, berpakaian
perlente, pakai sepatu, keliling kebun dengan mobil gardan ganda.
|
Petani kumuh, yang berangkat pagi-pagi, pulang sore
dengan baju kerja biasanya berwarna gelap, kotor dan basah. Biasanya
berangkat ke ladang pakai sepeda, motor, atau mengendarai gerobak atau
traktor dari rumah. Pulangnya memanggul rumput untuk ternak sekalian
menggring satu dua ekor ternak (kalau di Pariaman biasa bawa “baruak”)
|
Umumnya disebut dengan
“Petani Berdasi”.
|
Ada yang menyebut dengan “Kaum Bercaping”
|
Bisa dengan mudah
berganti-ganti pekerjaan. Jika bertani tidak menguntungkan mereka pindah ke
profesi lain.
|
Perilaku yang mendarah daging, semenjak lama, dan
berniat untuk menjadi petani sampai tua.
|
Pembedaan ini bukan bermaksud bahwa yang ini baik yang
itu buruk. Bukan kategori normatif. Ini cuma sekedar menunjukkan bahwa ada dua
tipe petani saat ini, tepatnya dua kutub tipe petani. Karena sesungguhnya yang
banyak eksis mungkin antara keduanya, bukan yang kiri bukan yang kanan. Sulit
juga mencari petani yang betul-betul ada di posisi di kanan yang sosoknya
sebagai petani ideal, atau sebaliknya. *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar