Kamis, 26 Januari 2017

Konsep Kemiskinan (klasik) vs Kemiskinan “Amartya Sen”

Satu konsep kemiskinan yang cukup menarik disampaikan Amartya Sen, seorang ilmuwan ekonomi penerima Hadiah Nobel.  Umumnya indikator  kemiskinan pada banyak konsep mengukur “hasil” yang dengan mudahnya adalah dengan menghitung pendapatan dan kepemilikan hartanya. Namun Sen melihat pada penyebab kemiskinan. Dengan melihat pada penyebab tentu akan lebih mudah sampai kepada apa program untuk menghilangkan penyebabnya tadi.

Amartya Sen menyatakan bahwa kemiskinan terjadi akibat perampasan kapabilitas (capability deprivation) yakni kebebasan untuk mencapai sesuatu dalam hidup seseorang. Amartya Sen menunjukkan bahwa kemiskinan yang menjerat beberapa negara Asia dan Afrika adalah buah kelalaian negara yang menafikkan demokrasi dalam memutar roda perekonomiannya. Jika melihat realita di negara-negara Asia-Afrika, masih banyak yang mempraktekkan demokrasi hanya sebatas demokrasi formal yang tercermin dalam pemilihan umum.  Demokrasi substansial yang menghendaki kekuasaan dan kedaulatan rakyat dalam berbagai kehidupan belum berjalan secara optimal.  Ia meyakini bahwa bila manusia mampu mengoptimalkan potensinya, maka akan bisa maksimal pula kontribusinya untuk kesejahteraan bersama. 

Menurut Sen, penyebab dari langgengnya kemiskinan, ketidakberdayaan, maupun keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas (Sarshar, 2010; Sen, 1981). Karena manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk mengembangkan hidupnya, maka mereka hanya menjalankan apa yang terpaksa dapat dilakukan, bukan apa yang seharusnya bisa dilakukan.  Dengan demikian, potensi mereka mengembangkan hidup menjadi terhambat. Aksesibilitas yang dimaksud Sen adalah terfasilitasinya kebebasan politik, kesempatan ekonomi, kesempatan sosial (pendidikan, kesehatan, dan lain-lain), transparansi, serta adanya jaring pengaman sosial.

Perbedaan batasan kemiskinan menurut konsep umum dengan konsep Amartya Sen
Kemiskinan (secara general)
Kemiskinan menurut Amartya Sen

Orang yang miskin karena tidak atau tidak cukup memiliki sesuatu, yaitu tidak cukup makan, tidak punya baju cukup, tidak punya rumah yang layak.

Orang jadi miskin karena mereka tidak bisa melakukan sesuatu, bukan karena tidak memiliki sesuatu.
Kemiskinan hanya mengukur hasil dari satu proses
Mengukur penyebab timbulnya kemiskinan. Ia memperhatikan penyebabnya, bukan hasilnya.
Maka, kunci pemberantasan kemiskinan adalah meningkatkan “kepemilikan” si miskin.
Kunci pemberantasan kemiskinan adalah membuka “akses”, yaitu akses ke lembaga pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan infrastruktur.
Programnya adalah bantuan pangan (misal Raskin), bantuan biaya sekolah, berobat gratis.
Programnya adalah membuka akses dengan membuka lapangan kerja
Contoh di Indonesia adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga pendapatan jadi naik. Ketika petugas BPS datang seminggu setelah menerima BLT, maka rumah tangga tadi tidak lagi tergolong miskin.
Kartu sehat, Surat Keterangan Miskin untuk berobat gratis, BPJS, kartu siswa miskin di DKI Jakarta, dll.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar