Kamis, 26 Januari 2017

Penyuluhan vs Komunikasi untuk Inovasi

Adalah Cees Leeuwis, seorang dosen di Wageningen University (Belanda ) yang melontarkan konsep baru dalam bukunya “Communication for Rural Innovation: Rethinking Agricultural Extension. Blackwell Publishing, terbit tahun 2006. Ia mentranformasi pemikiran “from diffusion to systems of agricultural innovation”. Ia menghindari istilah “penyuluhan” karena berbagai alasan, dan menggunakan istilah baru “komunikasi untuk inovasi”.

Alasannya banyak, yaitu karena inovasi teknologi bisa datang dari banyak sumber, adanya perubahan paradigma dari sustainable agriculture and progress menuju ecological knowledge system, berkembangnya interdependence model dan innovation system framework, dimana yang terlibat tak hanya peneliti dan penyuluh tetapi juga pengguna teknologinya, perusahaan swasta, NGO, dan juga supportive structures (pasar dan kredit). Selain itu, ia melihat pentingnya proses belajar (learning processes).  Proses belajar adalah “….a way of evolving new arrangements specific to local contexts”.

Cees Leeuwis mengkritik Teori Difusi Inovasi yang cukup lama mempesonakan banyak ahli dulu. Teori ini berupaya mempelajari bagaimana, mengapa dan apa yang menyebabkan kecepatan ide dan teknologi menyebar di masyarakat. Asalnya adalah Buku Everett M. Rogers “Diffusion of Innovationstahun  1962 yang disusun dari studi pada lebih dari 508 kasus. Konsep difusi dipelajari awalnya oleh sosiologi Perancis Gabriel Tarde (1890), serta antropolog Jerman dan Austria Friedrich Ratzel dan Leo Frobenius. Lalu, tahun 1971, EM Rogers mempublikasikan “Communication of Innovations; A Cross-Cultural Approach”, dari teori proses difusi dan evaluasi sistem sosial.  Teori Adopsi Inovasi lalu mendapatkan kritik karena faktanya sumber teori berasal  dari riset kegiatan pertanian dan praktek medis, teknologi juga bukan lah sesuatu yang statis, adanya pro-innovation bias, individual-blame bias, recall problem, dan lain-lain.

Cees Leeuwis melontarkan konsep baru karena ia menyadari bahwa saat ini berbagai perubahan lingkungan sedang berlangsung yang era sebelumnya belum ada. Di antaranya adalah kebijakan sumber pendanaan yangg baru yang tidak hanya dari pemerintah, perkembangan teori penyuluhan, adanya teknologi komunikasi baru (internet), perhatian pada isu keberlanjutan ekosistem dan manajemen SDA baru, globalisasi dan liberalisasi pasar, pertanian multi fungsi, reformasi agraria baru, serta intensitas pengetahuan, “masyarakat pengetahuan”, dan komoditasi pengetahuan. Selain itu, juga timbul praktek profesional penyuluhan yang baru dan berbeda dengan misi, dasar pemikiran, cara beroperasi, manajemen, pengorganisasian, dan isu-isu kolektif yang berbeda pula.

Perbedaan penyuluhan dengan komunikasi untuk inovasi
Penyuluhan
Komunikasi untuk inovasi

Inovasi adalah proses keputusan individual

Inovasi memiliki dimensi kolektif yang terpengaruh oleh resolusi konflik, pembangunan organisasi, pembelajaran, dan juga negosiasi sosial
Peran penyuluh adalah menyebarkan inovasi (cetak biru), sehingga bisa tidak konstektual dengan kondisi dan permasalahan lokal.
Penyuluh mendesain bersama petani.  Berlangsung proses desain dan adaptasi inovasi dan inovasi-inovasi kolektif yang bersifat kontekstual. 
Inovasi diciptakan dari kegiatan penelitian
Inovasi lebih pragmatis,  ada sisi teknis dan sosial, perlu menciptakan jaringan pendukung. Petani dan penyuluh bisa juga menciptakan inovasi.
Sesuai teori Everett M. Rogers, semua petani bergerak ke arah yang sama
Strategi dan aspirasi petani menyangkut lingkungan sosial dan alam mereka. Petani kecil berbeda kebutuhan dan cara berfikir dengan petani besar.
Ada petani yang lamban, mundur, dan stagnan (mono perspektif)
Penelitian di Irlandia (Leeuwis, 1989) mendapatkan bahwa  petani lamban sesungguhnya juga mengadopsi sejumlah inovasi yg sama banyaknya. Mereka hanya memiliki “dinamisme yg berbeda” (multi perspektif).
Perubahan dan inovasi dapat dan harus direncanakan
Mengelola kekomplekan, konflik, dan hal-hal yg tak terduga (misal penemuan tak sengaja, pengaruh jaringan informal, kreatifitas, antusiasme, dan hubungan personal)
Organisasi penyuluhan sesuatu yang stabil. Pelaksana penyuluhan terstruktur secara ketat dari pusat sampai ke daerah.
Organisasi penyuluhan berbentuk “learning organization”. Anggota saling berbagi pengalaman positif dan negatif.  Ada penyesuaian misi, pelayanan, produk, kultur, dan prosedur organisasi.


Dari perbedaan di atas, kita bisa melihat dengan terang, bahwa saat ini penyuluhan pertanian di Indonesia masih menganut paham lama. Meskipun petani berkesempatan menjadi penyuluh, namun secara keseluruhan paradigma, kerangka fikir, organisasi, dan cara kerja penyuluhan Indonesia masih kuno. Belum banyak berubah dibandingkan era Bimas Revolusi Hijau. ******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar