Kamis, 26 Januari 2017

RRA vs PRA

Metode pemahaman msyarakat pedesaan RRA (Rapid Rural Appraisal) dan PRA (Participatory Rural Appraisal) sebenarnya lebih banyak persamaannya dibandingkan perbedaannya. Prinsip-prinsip dasar RRA juga dipakai dalam PRA. Keduanya adalah penelitian aksi  yang berorientasi pada tujuan, bukan “riset untuk riset”. Disini, riset untuk melakukan sesuatu. Artinya, setelah riset maka ada praktek yang mengikutinya.

Keduanya dilahirkan untuk menyempurnakan studi klasik sebelumnya yang cenderung lama dan hasilnya terlalu ilmiah dan “suci”. RRA dan PRA adalah seperangkat teknik informal yang digunakan praktisi pembangunan di pedesaan untuk mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi. Ini dikembangkan di atas kesadaran bahwa pihak luar (outsiders) seringkali kehilangan (missing) atau salah paham (miscommunicating)  dengan masyarakat lokal ketika melakukan kegiatan pembangunan bersama. Selengkapnya, kesamaannya adalah sebagai berikut.

Kesamaan RRA dan PRA

Kesamaan dalam hal tiang utama:
1.      Empowerment. Pengetahuan adalah kekuatan.
2.      Respect. Dalam PRA, seorang peneliti menjadi murid (learners) dan pendengar (listeners).
3.      Localization. Gunakan secara ekstensif dan kreatif sumber daya setempat, seberapapun terbatasnya.
4.      Enjoyment. PRA sesuatu yang fun, hanya dapat dijalankan dengan fun.
5.      Inclusiveness. Beri perhatian yang tinggi terhadap proses, termasuk kepada masyarakat marjinal (lapisan miskin, buta huruf, perempuan, anak-anak, orang-orang tua, minoritas, dan lain-lain)

Kesamaan dalam hal metode: 
1.      menghilangkan bias lokasi, project person, musim, dan sifat profesional,
2.      penghargaan pada masyarakat lokal,
3.      belajar dengan cepat, sehingga fleksibel, exploratory, interaktif, dan berdaya cipta (inventive),
4.      memberi apresiasi kepada pengetahuan lokal,
5.      bukan untuk mencari pengukuran absolut, tapi cukup trends, skor, dan rating,
6.      menggunakan prinsip triangulasi, baik pada metoda, sumber, maupun disiplin,
7.      mencari keragaman dan sekaligus perbedaan, serta
8.      investigasi secara langsung dari dan dengan masyarakat lokal.

Perbedaan antara RRA dan PRA juga banyak. PRA sering dianggap lebih keren, sehingga banyak studi, terutama yang dijalankan di departemen teknis pemerintah mengklaim telah melakukan PRA, padahal sering-sering cuma RRA. Bahkan sering persyaratan RRA pun tidak dipenuhi dengan lengkap.

Perbedaan metode RRA dan PRA

RRA
PRA

Periode pengembangannya

Akhir 1970-an dan 1980-an

Akhir 1980-an dan 1990-an
Diciptakan oleh
Universitas
NGO
Pengguna utama pertama kali
Pihak pendonor dan univesitas
NGO, dan organisasi lapang pemerintah
Kunci sumber daya
Pengetahuan masyarakat lokal
Kemampuan menganalisa masyarakat lokal
Inovasi utama
Metode dan manajemen tim
Perilaku, pelatihan (experiential training)
Model yang dominan
Elicitif, ekstraktif
Fasilitasi, participatory
Tujuan ideal
Belajar oleh pihak luar
Memberdayakan masyarakat lokal
Metode yang digunakan
Mengadopsi penelitian etnografi dan antropologi terapan. Utamanya RRA dan kadang-kadang PRA
Utamanya PRA, dan kadang-kadang RRA
Hasil jangka panjang
Perencanaan, publikasi proyek
Kegiatan masyarakat setempat yang berkelanjutan yang melembaga
Peran orang luar
Investigator. Orang luar lebih dominan
Setara, sebagai fasilitator
Informasi dimiliki, dianalisis dan digunakan oleh
Pihak luar (outsiders)
Masyarakat setempat

RRA dan PRA dalam beberapa hal merupakan kontinuum. Model misalnya mulai dari ekstraktif, lalu elicitive, sharing, dan akhirnya pemberdayaan. Perbedaan penting pada PRA karena ia lebih sebagai kepentingan masyarakat setempat, dimana fasilitator hanya membantu. Sedangkan RRA masih bernuansa riset, dimana sekelompok peneliti dari luar bermaksud menggali informasi untuk dirinya sendiri.

PRA adalah istilah yang diberikan kepada pendekatan penelitian yang menggunakan metode partisipastif dengan menekankan kepada pengetahuan lokal dan kemampuan masyarakat untuk membuat penilaian sendiri, menganalisis sendiri, dan merencanakan sendiri apa yang mereka butuhkan. PRA memfasilitasi proses saling berbagai informasi (information sharing), analisis, dan aktifitas antar stakeholders. PRA berada dalam konteks collaborative decision making, dan merupakan salah satu bentuk community-based method. Yaitu suatu pendekatan untuk belajar bersama (shared learning) di antara masyarakat lokal dan pihak luar. Dalam PRA, koleksi dan analisis data dilakukan oleh masyarakat lokal, sedangkan pihak luar lebih sebagai fasilitator dibandingkan sebagai pengontrol kegiatan.

PRA dapat dikatakan sebagai sekuel dari beberapa pendekatan dan metode yang telah dikembangkan sebelumnya. Salah satunya adalah pendekatan partsisipatif dalam riset (Participatory Approach/PA). PA dikembangkan pada dekade 1960-an dan 1970-an, yang diturunkan  dari sistem perencanaan pada akhir 1930-an dan pasca Perang Dunia II yang konsepnya sangat top down.


Masalah selama ini, seringkali peneliti yang menggunakan metode RRA meyakini bahwa mereka menggunakan PRA, padahal makna partisipasi terbatas hanya penyediaan informasi oleh komunitas kepada tim peneliti. Cara sederhana untuk membedakannya adalah: apa nilai tambah yang diperoleh, dan siapa pemilik produk penelitian tersebut? Jika penduduk menggambarkan peta karena kita menanyakannya, itu baru sebatas RRA. Namun, jika mereka merasa bahwa peta tersebut milik mereka, dan ingin memilikinya untuk digunakan sendiri, maka itulah PRA.*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar