Metode pemahaman msyarakat
pedesaan RRA (Rapid Rural Appraisal)
dan PRA (Participatory Rural Appraisal)
sebenarnya lebih banyak persamaannya dibandingkan perbedaannya. Prinsip-prinsip
dasar RRA juga dipakai dalam PRA. Keduanya adalah penelitian aksi yang berorientasi pada tujuan, bukan “riset
untuk riset”. Disini, riset untuk melakukan sesuatu. Artinya, setelah
riset maka ada praktek yang mengikutinya.
Keduanya
dilahirkan untuk menyempurnakan studi klasik sebelumnya yang cenderung lama dan
hasilnya terlalu ilmiah dan “suci”. RRA dan PRA adalah seperangkat
teknik informal yang digunakan praktisi pembangunan di pedesaan untuk
mengumpulkan dan menganalisa data dan informasi. Ini dikembangkan di atas
kesadaran bahwa pihak luar (outsiders)
seringkali kehilangan (missing) atau
salah paham (miscommunicating) dengan masyarakat lokal ketika melakukan
kegiatan pembangunan bersama. Selengkapnya, kesamaannya adalah sebagai berikut.
Kesamaan RRA dan PRA
|
Kesamaan dalam hal tiang utama:
1.
Empowerment. Pengetahuan adalah
kekuatan.
2.
Respect. Dalam PRA, seorang peneliti
menjadi murid (learners) dan pendengar (listeners).
3.
Localization. Gunakan secara
ekstensif dan kreatif sumber daya setempat, seberapapun terbatasnya.
4.
Enjoyment. PRA sesuatu yang fun,
hanya dapat dijalankan dengan fun.
5.
Inclusiveness. Beri
perhatian yang tinggi terhadap proses, termasuk kepada masyarakat marjinal
(lapisan miskin, buta huruf, perempuan, anak-anak, orang-orang tua,
minoritas, dan lain-lain)
Kesamaan dalam hal metode:
1.
menghilangkan bias
lokasi, project person, musim, dan sifat profesional,
2.
penghargaan pada
masyarakat lokal,
3.
belajar dengan
cepat, sehingga fleksibel, exploratory, interaktif, dan berdaya cipta
(inventive),
4.
memberi apresiasi
kepada pengetahuan lokal,
5.
bukan untuk mencari
pengukuran absolut, tapi cukup trends, skor, dan rating,
6.
menggunakan prinsip
triangulasi, baik pada metoda, sumber, maupun disiplin,
7.
mencari keragaman
dan sekaligus perbedaan, serta
8. investigasi secara langsung dari dan dengan
masyarakat lokal.
|
Perbedaan antara RRA dan PRA juga banyak. PRA
sering dianggap lebih keren, sehingga banyak studi, terutama yang dijalankan di
departemen teknis pemerintah mengklaim telah melakukan PRA, padahal sering-sering cuma RRA. Bahkan sering persyaratan RRA pun tidak dipenuhi dengan
lengkap.
Perbedaan
metode RRA dan PRA
|
RRA
|
PRA
|
Periode pengembangannya
|
Akhir 1970-an dan 1980-an
|
Akhir 1980-an dan 1990-an
|
Diciptakan oleh
|
Universitas
|
NGO
|
Pengguna utama pertama kali
|
Pihak pendonor dan univesitas
|
NGO, dan organisasi lapang pemerintah
|
Kunci sumber daya
|
Pengetahuan masyarakat lokal
|
Kemampuan menganalisa masyarakat lokal
|
Inovasi utama
|
Metode dan manajemen tim
|
Perilaku, pelatihan (experiential training)
|
Model yang dominan
|
Elicitif, ekstraktif
|
Fasilitasi, participatory
|
Tujuan ideal
|
Belajar oleh pihak luar
|
Memberdayakan masyarakat lokal
|
Metode yang digunakan
|
Mengadopsi penelitian etnografi dan antropologi terapan.
Utamanya RRA dan kadang-kadang PRA
|
Utamanya PRA, dan kadang-kadang RRA
|
Hasil jangka panjang
|
Perencanaan, publikasi proyek
|
Kegiatan masyarakat setempat yang berkelanjutan
yang melembaga
|
Peran orang luar
|
Investigator. Orang luar lebih dominan
|
Setara, sebagai fasilitator
|
Informasi dimiliki, dianalisis dan digunakan oleh
|
Pihak luar (outsiders)
|
Masyarakat setempat
|
RRA dan PRA dalam beberapa hal
merupakan kontinuum. Model misalnya mulai dari
ekstraktif, lalu elicitive, sharing, dan akhirnya pemberdayaan.
Perbedaan penting pada PRA karena ia lebih sebagai kepentingan masyarakat
setempat, dimana fasilitator hanya membantu. Sedangkan RRA masih bernuansa riset, dimana sekelompok peneliti
dari luar bermaksud menggali informasi untuk dirinya sendiri.
PRA
adalah istilah yang diberikan kepada pendekatan penelitian yang menggunakan
metode partisipastif dengan menekankan kepada pengetahuan lokal dan kemampuan
masyarakat untuk membuat penilaian sendiri, menganalisis sendiri, dan
merencanakan sendiri apa yang mereka butuhkan. PRA memfasilitasi proses saling
berbagai informasi (information sharing),
analisis, dan aktifitas antar stakeholders.
PRA berada dalam konteks collaborative
decision making, dan merupakan salah satu bentuk community-based method. Yaitu suatu
pendekatan untuk belajar bersama (shared
learning) di antara masyarakat lokal dan pihak luar. Dalam
PRA, koleksi dan analisis data dilakukan oleh masyarakat lokal, sedangkan pihak
luar lebih sebagai fasilitator dibandingkan sebagai pengontrol kegiatan.
PRA dapat dikatakan sebagai sekuel dari beberapa pendekatan dan metode
yang telah dikembangkan sebelumnya. Salah satunya adalah pendekatan
partsisipatif dalam riset (Participatory
Approach/PA). PA dikembangkan pada dekade 1960-an dan 1970-an, yang
diturunkan dari sistem perencanaan pada
akhir 1930-an dan pasca Perang Dunia II yang konsepnya sangat top down.
Masalah selama
ini, seringkali peneliti yang menggunakan metode RRA meyakini bahwa mereka
menggunakan PRA, padahal makna partisipasi terbatas hanya penyediaan informasi
oleh komunitas kepada tim peneliti. Cara sederhana untuk membedakannya adalah:
apa nilai tambah yang diperoleh, dan siapa pemilik produk penelitian tersebut? Jika penduduk menggambarkan peta karena kita
menanyakannya, itu baru sebatas RRA. Namun, jika mereka merasa bahwa peta
tersebut milik mereka, dan ingin memilikinya untuk digunakan sendiri, maka
itulah PRA.*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar