Minggu, 15 Januari 2017

Sosok Investor: Pemodal Kapitalis vs Petani Kecil



Kata “investor” bersemayam di ujung lidah pejabat setiap pagi. Kita begitu merindukan, menyayangi, dan terus-menerus merayu sang investor. Seolah hidup akan lumpuh jika investor tak berkenan mampir. Sebenarnya siapa investor sejati di Indonesia ini? Siapa sesungguhnya yang telah berinvestasi besar pada pertanian sampai saat ini?
Pengertian investor sebenarnya cukup lebar. Yaitu orang atau badan (atas nama perusahaan) yang menanam sesuatu, dengan mengeluarkan biaya pada saat sekarang tetapi hasilnya baru bisa diperoleh pada waktu yang akan datang. Belum tentu juga apa yang ia tanam itu akan ia panen seluruhnya mengingat antara saat menanam dengan saat memanen itu terdapat resiko dan ketidak-pastian. Resiko  tersebut  bersumber dari berbagai hal yakni hama penyakit, kekeringan, kebanjiran, bibit palsu, pupuk palsu, termasuk juga pencurian, dan harga anjlok. Dari pengertian ini, maka jutaan petani kecil kita memenuhi kriteria untuk disebut sebagai investor. Dari segi keberanian, mereka lebih nekad karena menggunakan modal sendiri, dari kantong sendiri. Kalau investor besar umumnya pinjam uang orang (uang bank).
Siapa yang telah mencetak sawah hingga luasnya belasan juta hektar saat ini? Berapa nilai investasinya? Kalau per hektar nilai investasinya Rp 100 juta, total investasi mereka lebih dari seribu trilyun. Untuk biaya usahatani mereka telah keluarkan setidaknya 100 trilyun. Dan, dengan hasil produksi gabah 70 juta ton, maka mereka telah berhasil membangkitkan nilai ekonomi lebih kurang 300 trilyun rupiah. Ini semua mereka tanggung sendiri, sangat sedikit bantuan dari luar.

Perbandingan antara investor besar dengan investor ala petani

Investor pemodal
Investor petani

Pemodal besar yang berskala besar, dan nilai investasinya milyaran rupiah per orang.

Petani kebanyakan, para petani kecil yang tersebar di berbagai pelosok dengan nilai investasi per orangnya kecil-kecil, mungkin hanya puluhan sampai ratusan juta rupiah.
Sumber investasi bukan dari kantong sendiri, umumnya  pinjaman dari bank yang harus juga disediakan jasa bunganya.
Mereka menggunakan modal dari tabungan sendiri, tidak ada kewajiban bayar bunga bank, sehingga tidak memberatkan masyarakat.
Bentuk investasi utamanya berupa uang, yang lalu digunakan untuk sewa lahan, biaya mengurus HGU, dan untuk membeli berbagai sarana dan input usahatani.
Investasinya tidak hanya uang, tapi juga tenaga yang membersihkan semak, membuka sawah, menggali saluran air, adn seterusnya.
Lahan biasanya menyewa dari pemerintah berupa hak guna usaha (HGU)
Lahan milik sendiri, berinvestasi di tanah sendiri.
Membutuhkan peraturan perundangan untuk menjamin keamanan investasinya, serta untuk memuluskan okupasi lahan, dan lain-lain.
Tidak manja dan tidak banyak menuntut fasilitas. Mereka berinvetasi sejak lama dengan mandiri. Mereka  menginvestasikan hidupnya.
Menghitung untung-rugi dengan ketat, dan bahkan meminta konsesi.
Tidak menghitung secara ketat, karena merupakan hidupnya atau melekat pada hidupnya sendiri.


Demikian kira-kira sosok investor yang selama ini tidak kita perdulikan. Petani adalah investor sejati, dan menghadapi resiko nyata setiap hari. Skala resiko yang mereka hadapi secara relatif sangat besar untuk hidupnya dan keluarganya, karena modal yang ditanamkan dalam usahanya ya segitu-gitunya total kekayaannya. Beda dengan investor besar kapitalis, karena modalnya adalah pinjaman dari bank, yang bank itupun mengasuransikannya. Jika pun gagal panen tidak akan merusak kehidupan keluarga sang investor secara langsung. Mereka tetap bisa makan enak, karena kekayaan di usaha dipisahkan dengan kekayaan di keluarga. Pada petani tidak. Modal pembeli pupuk, benih dan obat-obatan adalah simpanan keluarga yang disisihkan. Jika panen gagal, investasi hilang, dapur pun terancam. 
Ini bukan soal pemihakan belaka. Dengan mengenal kedua kutub sosok ini, fikirkan bagaimana kita seharusnya memperlakukannya? Regulasi apa yang bisa disusun pemerintah untuk investor besar kapitalis, dan dukungan apa pula yang bisa diberikan ke petani-petani kecil yang sesungguhnya adalah juga investor. Masing-masing membutuhkan penanganan yang berbeda. Mereka semua anak bangsa. *******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar