Kata “investor” bersemayam
di ujung lidah pejabat setiap pagi. Kita begitu
merindukan,
menyayangi, dan terus-menerus merayu sang investor. Seolah
hidup akan lumpuh jika investor tak berkenan mampir. Sebenarnya siapa investor sejati di Indonesia ini? Siapa sesungguhnya
yang telah berinvestasi besar pada pertanian sampai saat
ini?
Pengertian
investor sebenarnya cukup lebar. Yaitu orang atau badan (atas nama perusahaan) yang menanam sesuatu, dengan
mengeluarkan biaya pada saat sekarang tetapi hasilnya baru bisa diperoleh pada
waktu yang akan datang. Belum tentu juga apa yang ia tanam itu
akan ia panen seluruhnya mengingat antara saat menanam dengan saat memanen itu
terdapat resiko dan ketidak-pastian. Resiko tersebut bersumber dari
berbagai hal yakni hama penyakit, kekeringan, kebanjiran, bibit palsu, pupuk
palsu, termasuk juga pencurian, dan harga
anjlok. Dari pengertian ini, maka jutaan
petani kecil kita memenuhi kriteria untuk disebut sebagai investor. Dari segi
keberanian, mereka lebih nekad karena menggunakan
modal sendiri, dari kantong sendiri. Kalau investor besar umumnya pinjam uang
orang (uang bank).
Siapa
yang telah mencetak sawah hingga luasnya belasan juta
hektar saat ini? Berapa nilai investasinya?
Kalau per hektar nilai investasinya Rp 100 juta, total
investasi mereka lebih dari seribu trilyun. Untuk biaya usahatani mereka telah
keluarkan setidaknya 100 trilyun. Dan, dengan hasil produksi gabah 70 juta ton,
maka mereka telah berhasil membangkitkan nilai ekonomi lebih kurang 300 trilyun
rupiah. Ini semua mereka tanggung sendiri, sangat sedikit bantuan dari luar.
Perbandingan
antara investor besar dengan investor ala petani
Investor pemodal
|
Investor petani
|
Pemodal besar yang berskala besar, dan nilai
investasinya milyaran rupiah per orang.
|
Petani
kebanyakan, para petani kecil
yang tersebar di berbagai pelosok dengan nilai investasi per orangnya
kecil-kecil, mungkin hanya puluhan sampai ratusan juta rupiah.
|
Sumber
investasi bukan dari kantong sendiri, umumnya pinjaman dari bank yang harus
juga disediakan jasa bunganya.
|
Mereka menggunakan modal dari
tabungan sendiri, tidak ada kewajiban bayar bunga bank, sehingga tidak
memberatkan masyarakat.
|
Bentuk investasi utamanya berupa uang, yang
lalu digunakan untuk sewa lahan, biaya mengurus HGU, dan untuk membeli berbagai sarana dan input usahatani.
|
Investasinya tidak hanya
uang, tapi juga tenaga yang membersihkan semak, membuka sawah, menggali
saluran air, adn seterusnya.
|
Lahan biasanya menyewa dari pemerintah berupa hak guna
usaha (HGU)
|
Lahan milik sendiri, berinvestasi di
tanah sendiri.
|
Membutuhkan peraturan perundangan untuk menjamin keamanan investasinya, serta untuk memuluskan okupasi lahan, dan lain-lain.
|
Tidak manja dan tidak
banyak menuntut fasilitas. Mereka berinvetasi sejak lama dengan
mandiri. Mereka menginvestasikan hidupnya.
|
Menghitung untung-rugi dengan ketat, dan bahkan meminta konsesi.
|
Tidak menghitung secara ketat,
karena merupakan hidupnya atau melekat pada hidupnya sendiri.
|
Demikian
kira-kira sosok investor yang selama ini tidak kita perdulikan. Petani adalah
investor sejati, dan menghadapi resiko nyata setiap hari. Skala resiko yang
mereka hadapi secara relatif sangat besar untuk hidupnya dan keluarganya,
karena modal yang ditanamkan dalam usahanya ya segitu-gitunya total
kekayaannya. Beda dengan investor besar kapitalis, karena modalnya adalah
pinjaman dari bank, yang bank itupun mengasuransikannya. Jika pun gagal panen
tidak akan merusak kehidupan keluarga sang investor secara langsung. Mereka
tetap bisa makan enak, karena kekayaan di usaha dipisahkan dengan kekayaan di
keluarga. Pada petani tidak. Modal pembeli pupuk, benih dan obat-obatan adalah
simpanan keluarga yang disisihkan. Jika panen gagal, investasi hilang, dapur
pun terancam.
Ini
bukan soal pemihakan belaka. Dengan mengenal kedua kutub sosok ini, fikirkan bagaimana kita
seharusnya memperlakukannya? Regulasi apa yang bisa disusun pemerintah untuk
investor besar kapitalis, dan dukungan apa pula yang bisa diberikan ke
petani-petani kecil yang sesungguhnya adalah juga investor. Masing-masing
membutuhkan penanganan yang berbeda. Mereka semua anak bangsa. *******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar