Bulog telah lama ditugaskan membeli gabah dari petani
sebagai beras pemerintah. Beras ini digunakan sebagai cadangan pangan, Raskin,
dan stok untuk sewaktu-watu sebagai senjata dalam mengendalikan pasar. Untuk
itu Bulog harus membeli beras, bisa dari dalam negeri namun boleh juga dari
luar (impor). Nah, selama ini selalu ada keluhan mengapa Bulog lebih senang
membeli beras dari luar, sedangkan dari dalam negeri hanya berkisar 5 sampai 7
persen saja dari total produksi gabah nasional.
Sesuai dengan Instruksi Presiden, tugas publik Bulog adalah melakukan pembelian
gabah dan beras dalam negeri dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Tugas pengamanan HPP (sebelumnya menggunakan Harga Dasar) terus dilakukan
sejak Bulog berdiri tahun 1967 sampai
sekarang. Pembelian gabah dan beras dalam negeri yang disebut sebagai
“Pengadaan Dalam Negeri” merupakan satu bukti keberpihakan Pemerintah kepada
petani produsen melalu jaminan harga dan
jaminan pasar atas hasil produksinya.
Pembelian beras oleh Bulog
diharapkan
mampu mendongkrak harga petani yang tempo-tempo anjlok.
Jumlah pengadaan Bulog umumnya (70%) dilakukan di daerah produsen
(Jawa dan Sulsel) dan sebagian besar (60%) dilakukan selama panen raya (Januari-Mei). Pengadaan
gabah dan beras dalam negeri berasal dari produksi petani.
Dari sisi operasional Bulog, terdapat tiga saluran dalam
penyerapan produksi petani yaitu Satgas, Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB)
dan Mitra Kerja. Ketiga saluran tersebut membali gabah langsung pada petani
dengan patokan HPP.
Perbedaan prosedur dan kenyamanan pengadaan beras dari
impor dibandingkan dari dalam negeri
Pengadaan
dari dalam negeri
|
Pengadaan
dari impor
|
Butuh
prosedur lebih panjang, menunggu waktu panen
|
Prosedur lebih pendek
|
Perlu
banyak tenaga, yakni Satgas, Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) dan Mitra
Kerja (pedagang beras, koperasi, dll).
|
Tidak membutuhkan banyak tenaga, karena beras
diterima langsung di pelabuhan nasional (misalnya Tanjung Priok)
|
Biaya
operasional besar, tidak hanya uang untuk membayar gabah namun juga biaya
tenaga lain, transportasi, dan penyimpanan.
|
Biaya lebih kecil, karena tidak banyak komponen aktivitas. Terima beres.
|
Kegiatan
tersebar di banyak tempat, yakni di sentra-sentra produksi padi.
|
Cukup dilakukan dari Jakarta. Beras langsung dikirim dari Vietnam dan Thailand oleh eksportir
mitra di negara asal.
|
Varietas
dan kualitas beras sangat beragam, yakni kadar air, kotoran, patahan, dan
lain-lain
|
Bisa dengan mudah memesan
varietas yang sejenis dan kualitas terjamin.
|
Pengadaan dalam negeri mulai
dari UPGB, mitra kerja dan satgas. Masing-masing saluran mengirimkan
gabah dan beras ke gudang, lalu di gudang diperiksa kualitas dan kuantitasnya
oleh petugas. Kontrak pengadaan datang
dari Divre dan Sub Divre, yang dijatahin dari Kantor Pusat Perum Bulog di
Jakarta. Satgas yang tidak memiliki sarana pengeringan maupun pengolahan dapat
bekerjasama dengan UPGB atau Mitra Kerja, dan
melakukan pengolahan baik untuk mendapatkan GKG maupun beras standar.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar