Kamis, 26 Januari 2017

Pengadaan Gabah dan Beras Bulog: Dari Dalam Negeri vs Impor

Bulog telah lama ditugaskan membeli gabah dari petani sebagai beras pemerintah. Beras ini digunakan sebagai cadangan pangan, Raskin, dan stok untuk sewaktu-watu sebagai senjata dalam mengendalikan pasar. Untuk itu Bulog harus membeli beras, bisa dari dalam negeri namun boleh juga dari luar (impor). Nah, selama ini selalu ada keluhan mengapa Bulog lebih senang membeli beras dari luar, sedangkan dari dalam negeri hanya berkisar 5 sampai 7 persen saja dari total produksi gabah nasional.

Sesuai dengan Instruksi Presiden, tugas publik Bulog adalah melakukan pembelian gabah dan beras dalam negeri dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).  Tugas pengamanan HPP (sebelumnya menggunakan Harga Dasar) terus dilakukan sejak  Bulog berdiri tahun 1967 sampai sekarang. Pembelian gabah dan beras dalam negeri yang disebut sebagai “Pengadaan Dalam Negeri” merupakan satu bukti keberpihakan Pemerintah kepada petani produsen melalu jaminan harga dan jaminan pasar atas hasil produksinya. Pembelian beras oleh Bulog diharapkan mampu mendongkrak harga petani yang tempo-tempo anjlok.

Jumlah pengadaan Bulog umumnya (70%) dilakukan di daerah produsen (Jawa dan Sulsel) dan sebagian besar (60%) dilakukan selama panen raya (Januari-Mei). Pengadaan gabah dan beras dalam negeri berasal dari produksi petani.  Dari sisi operasional Bulog, terdapat tiga saluran dalam penyerapan produksi petani yaitu Satgas, Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) dan Mitra Kerja. Ketiga saluran tersebut membali gabah langsung pada petani dengan patokan HPP.

Perbedaan prosedur dan kenyamanan pengadaan beras dari impor dibandingkan dari dalam negeri
Pengadaan dari dalam negeri
Pengadaan dari impor

Butuh prosedur lebih panjang, menunggu waktu panen

Prosedur lebih pendek
Perlu banyak tenaga, yakni Satgas, Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) dan Mitra Kerja (pedagang beras, koperasi, dll).
Tidak membutuhkan banyak tenaga, karena beras diterima langsung di pelabuhan nasional (misalnya Tanjung Priok)
Biaya operasional besar, tidak hanya uang untuk membayar gabah namun juga biaya tenaga lain, transportasi, dan penyimpanan.
Biaya lebih kecil, karena tidak banyak komponen aktivitas. Terima beres.
Kegiatan tersebar di banyak tempat, yakni di sentra-sentra produksi padi.
Cukup dilakukan dari Jakarta. Beras langsung dikirim dari Vietnam dan Thailand oleh eksportir mitra di negara asal.
Varietas dan kualitas beras sangat beragam, yakni kadar air, kotoran, patahan, dan lain-lain
Bisa dengan mudah memesan varietas yang sejenis dan kualitas terjamin.

Pengadaan dalam negeri mulai dari UPGB, mitra kerja dan satgas. Masing-masing saluran mengirimkan gabah dan beras ke gudang, lalu di gudang diperiksa kualitas dan kuantitasnya oleh petugas.  Kontrak pengadaan datang dari Divre dan Sub Divre, yang dijatahin dari Kantor Pusat Perum Bulog di Jakarta. Satgas yang tidak memiliki sarana pengeringan maupun pengolahan dapat bekerjasama dengan UPGB atau Mitra Kerja, dan melakukan pengolahan baik untuk mendapatkan GKG maupun beras standar. 

******


Tidak ada komentar:

Posting Komentar