Kamis, 26 Januari 2017

Organic Food Vs Sustainable Food

“Keberlanjutan” dan “organik” rupanya tidaklah pula sama. Menurut National Organic Program (NOP), tidak ada jaminan bahwa petani organik atau produksi makanan organik akan mengikuti eco-minded practices. Karena itu, berbeda pulalah apa yang dikenal dengan organic food dengan sustainable food. Keduanya tetap saya sampaikan dalam bahasa Inggris, karena istilah untuk sustainable food belum dikenal. Kita belum pernah dengar istilah “pangan berkelanjutan” atau “pangan lestari”.

Pangan organik tentu dihasilkan dari praktek pertanian organik, demikian pula untuk sustainable food. Jadi, meski ini membandingkan produksinya, namun sejatinya adalah membandingkan praktek pertaniannya. Keberlanjutan merupakan filosofi bahwa ini adalah semangat melindungi planet bumi dengan tidak merusak lingkungan.

Perbedaan antara organic food dengan sustainable food
Organic food
Sustainable food

Pangan yang diproduksinya disertai sertifikasi atau label

Tidak ada label pada kemasannya
Lebih sebagai hal teknis
Lebih filosofis, namun juga observable dan measurable
Indikatornya adalah pada input yang digunakan yang harus merupakan input organik
Indikator pengukurannya adalah keuntungan ekonomi, keuntungan sosial untuk komunitas, dan konservasi lingkungan
Tidak memiliki panduan yang ketat dalam hal penggunaan air
Lebih irit air, dan melakukan “konservasi air”
Bisa saja menggunakan lahan lebih banyak dan  luas, karena ukuran lahan tidak menjadi syarat dalam kebijakan NOP.
Skala usaha yang kecil merupakan cirinya. Mungkin di halaman berupa verticle planting, juga lebih intensif dimana ternak diintegrasikan dengan tanaman di lahan yang sempit.
Bisa saja masih menggunakan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan secara masif.
Menolak dengan keras penggunaan energi yang tidak terbarukan. Berusaha melakukan konservasi energi, dan berupaya mendorong energi alternatif misalnya angin.
Sertifikasi organik tidak mencakup penggunaan fossil fuel dalam produksi dan transportasi
Rendah emisi.
Bisa diproduksi di tempat yang jauh dari konsumen. Perlu traktor, mesin pemanen, lalu diangkut dengan ojek, truk, kapal, gudang berpendingin dengan listrik besar, dst.
Jarak lahan ke mulut (land to mouth) sangat pendek. Karena umumnya ditanam di pekarangan dan lahan di belakang rumah sendiri. Petani kecil mempraktekkan ini.
Makanan organik tidak mengatur sampai ke penggunaan kemasan.
Kemasannya mestilah eco-friendly. Tidak boleh pakai plastik, karena pembuatan plastik tidak ramah lingkungan, dan bahannya haruslah 100% recyclable.
Tidak mengatur bagaimana memperlakukan ternak.

Peternak harus memperhatikan kesejahteraan ternak (the well-being of livestock). Misalnya harus menyediakan ruang terbuka yang cukup, kandang yang bersih, rumput yang segar, dll.  
Masih berkutat pada urusan farming. Sertifikasi organik NOP misalnya tidak mengatur petani dan perusahaan dalam hal “sustainably and ethically”. Perusahaan misalnya tidak diminta untuk menerapkan paperless di kantor, insentif untuk transportasi hemat bahan bakar, dan kondisi kerja yang adil  bagi buruh.
Beyond basic farming. Mengatur sampai ke manajemen bertani, perusahaan, dan pilihan gaya hidup. Harus lah eco-friendly dalam segala aktivitasnya, tidak sekedar bagaimana menanam dan memeliharanya saja.


Pertanian berkelanjutan menggunakan air lebih sedikit dan efisien atau melakukan “konservasi air”. Metodenya di antaranya adalah menggunakan air untuk beberapa tanaman sekaligus, menanam tanaman tahan kekeringan (drought-tolerant crop), atau menerapkan sistem irigasi yang menekan penggunaan air. ********



Tidak ada komentar:

Posting Komentar