Minggu, 15 Januari 2017

Ciri Relasi Dalam Lembaga vs Organisasi vs Pasar



Selama ini, untuk kepentingan memahami dan menganalisis dengan tajam fenomena di masyarakat, maka kita membedakan antara lembaga, organisasi, dan pasar. Kita mengembangkan berbagai pengetahuan tentang ketiganya, karakternya, sifat serta pola-pola di dalamnya. Padahal, di tengah masyarakat misalnya, sebutlah petani, tidak repot-repot membedakannya. Bagi mereka, mau dalam organisasi atau bukan, yang penting mau jual sayurnya bisa dengan mudah, harga bagus, dan dibayar tunai.

Mau sistem dan mekanismenya lembaga, organisasi, ataupun pasar; petani mencampurkan saja semuanya. Maka itulah, ada petani bersedia saja disuruh masuk koperasi, dan tidak mengeluh pula jika kemudian koperasi tersebut tidak bisa membantunya apa-apa.

Sebenarnya, jika difikir-fikir lagi, antara ketiga ini tidak bisa kita hakimi yang ini lebih baik yang itu lebih jelek. Pasar pun tidak bisa dipandang selalu jelek. Ketika organisasi manapun tidak ada yang eksis, maka pasar adalah pilihan yang rasional. Bahkan, pasar pun secara sosiologi bisa dipandang sebagai sebuah pengorganisasian. Ketiga objek ini pada hakekatnya adalah upaya untuk mengorganisasikan hidup. Ketiganya punya ciri tersendiri yang sesuai digunakan untuk kondisinya masing-masing.

Petani selalu mengorganisasikan dirinya dengan aktif dan rasional. Pengorganisasian diri petani pada hakekatnya adalah suatu jejaring yang berisi sejumlah ”relasi sosial” yang saling terhubung di sekitar diri seorang petani. Jejaring seorang petani mungkin sama polanya dengan petani lain, namun orang-orang yang berada dalam jejaringnya dapat sebagian sama dan sebagian berbeda, atau berbeda sama sekali. Dalam setiap relasi sosial terkandung materi, dimana setiap relasi merupakan satu yang berpola, dijaga, diulang, dan dimantapkan oleh petani dalam kesehariannya.

Pola ini sama-sama berlaku sebenarnya baik dalam organisasi maupun di luar organisasi, yakni pada sistem pasar. Pada seorang petani yang masuk ke dalam organisasi formal sekalipun, ia tidak hanya berhubungan dengan sesama anggota dan pengurus dalam organisasi tersebut. Ia juga tetap menjalin relasi dengan orang-orang lain. Tidak ada petani di Indonesia yang seluruh hidupnya dijalankan dan digantungkan hanya pada organisasi formal.  Yang terjadi justeru sebaliknya, meskipun seorang petani telah masuk dalam organisasi formal, namun hampir seluruh aktivitas agribisnisnya dijalankan dari relasi dengan orang-orang di luar organisasi. Artinya, ia tetap mengandalkan pada individual action, bukan pada collective action.

Meskipun secara administratif sudah jutaan petani masuk ke dalam organisasi, namun sesungguhnya organisasi tadi tidak aktif (Bourgeois et al., 2003). Hampir semua urusan pertanian mulai dari memperoleh sarana usaha sampai dengan pemasaran, lebih sebagai tindakan-tindakan individual saja. Meskipun menjadi anggota, mereka tidak mengandalkan organisasi, karena tahu tidak banyak yang bisa diharapkan dari kemampuan organisasi selama ini.

Perbedaan karakter relasi dalam lembaga, organisasi dan pasar

Lembaga
Organisasi
Pasar
Keterlibatan aktor
Bebas, namun berpola
Tertentu, terbatas anggota saja
Bebas, asalkan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar
Struktur
Cair, longgar, berpola, terbentuk karena proses, bercampur,  multi-struktur
Ditetapkan, disepakati, ditulis dalam aturan organisasi
Cair, sesuai kepentingan, terbentuk karena fungsinya yaitu mengantarkan barang dari produsen ke konsumen
Norma yang berlaku
Kepentingan, termasuk norma sosial. Jika melanggar ada sanksi sosial.
Ditulis dalam aturan-aturan, bersifat mengikat. Yang melanggar aturan dikeluarkan.
Keuntungan, kepentingan. Yang penting untung. Yang dapat untung dipandang pintar dan bisa terus bertahan di pasar.
Tujuan
Lebih lebar, mencakup ekonomi, sosial, religi, dan lain-lain.
Tidak terlalu banyak, ditulis, ditetapkan, spesifik.
Mendapatkan keuntungan, saling menguntungkan. Semua pelaku mesti dapat keuntungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar