Kamis, 26 Januari 2017

Kemiskinan Absolut vs Kemiskinan Relatif

Timbulnya kesadaran kemiskinan di tingkat dunia dimulai pada awal 1970-an, ketika terungkap fakta bahwa meskipun dicapai kemajuan ekonomi di suatu negara, namun warganya masih ada yang miskin. Di Indonesia, kemiskinan diakui sejak awal 1990-an.

Kemiskinan merupakan objek yang sangat intensif dibicarakan dalam pembangunan pedesaan dan pertanian. Tidak heran lalu berkembang berbagai konsep yang perlu dipahami dengan baik. Empat di antara konsep itu adalah poverty relief, poverty alleviation, poverty reduction, dan poverty eradication. Keempatnya dapat disebut sebagai bentuk-bentuk program. Poverty relief  berkaitan dengan kebijakan dan intervensi untuk memperoleh dukungan jangka pendek (short term assistance) kepada mereka yang miskin. Ini merupakan sebutan untuk program yang sifatnya mendesak, sehingga bentuk bantuan hanya untuk memenuhi kebutuhan yang mendasar dan mendesak.

Kita mendapatkan bahwa dalam perjalanannya terjadi perubahan isu dari semula “pemberantasan kemiskinan” (poverty alleviation) menjadi “pengurangan kemiskinan” (poverty reduction). Wacana yang lebih dulu berkembang adalah “pemberantasan kemiskinan” (poverty alleviation). Lalu, larena berbagai alasan dan sebab, wacananya berubah menjadi “pengurangan kemiskinan” (poverty reduction).

 “Poverty alleviation adalah program yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari kondisi kemiskinan pada penduduk miskin. Ini lebih berkelanjutan dan permanen dibandingkan dengan poverty relief programmes. Disini, perencanaan kegiatan lebih sistematis dan komprehensif, mencakup berbagai bantuan sosial dari pemerintah. Kegiatan ini memiliki tujuan yang agak jangka panjang dan secara umum lebih membangun. Bantuan pemerintah menyediakan hasil yang nyata secepatnya, dan juga dukungan untuk stimulus ekonomi dan memberdayakan, misalnya dengan membuka kesempatan bekerja dari rumah, dan perbaikan gizi untuk anak-anak.

Lalu, “poverty reduction berkenaan dengan strategi dan kebijakan untuk mengurangi jumlah dan prosentase orang miskin, atau keparahan dampak kemiskinan terhadap kehidupan orang-orang miskin. Dan terakhir, “poverty eradication sesungguhnya lebih simple, yang memuat tentang bagaimana cara mengakhiri kemiskinan.

Pada hakekatnya, kemiskinan merupakan persoalan klasik yang telah ada sejak dulu, dan mungkin akan terus menjadi persoalan sampai nanti. Belum ada rumusan maupun formula penanganan kemiskinan yang dianggap paling jitu dan sempurna sampai sekarang ini. Secara umum, “miskin” adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya, dan tak mampu memanfaatkan tenaga, mental, dan fikirannya dalam kelompok tersebut.

Pada saat awal-awal orang bicara kemiskinan, sering terlontar perbedaan antara kemiskinan absolut dengan kemiskinan relatif. Perbedaannya kira-kira demikian.

Perbedaan antara kemiskinn absolut dengan kemiskinan relatif
Kemiskinan absolut
Kemiskinan relatif
Miskin adalah bila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan) yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Terlihat dari kehidupan yang dibawah minimum, di bawah standar yang diterima secara sosial, dan adanya kekurangan nutrisi.
Miskin adalah bila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar dan sosiokultural. Artinya, makna miskin sesuai dengan batasan sosiokultural di komunitasnya masing-masing.
Patokannya adalah berapa kebutuhan manusia untuk dapat bertahan hidup secara sehat.
Patokannya berapa kebutuhan manusia agar dapat hidup sehat secara sosial. Orang harus makan apa, pakai baju apa, dan memiliki rumah seperti apa agar tidak malu dengan tetangganya, dst.
Indikator yang digunakan adalah berapa kebutuhan biologis, pakaian dan perumahan untuk seseorang bisa hidup sehat. Menurut Copenhagen Declaration, kemiskinan absolut adalah:  "a condition characterised by severe deprivation of basic human needs, including food, safe drinking water, sanitation facilities, health, shelter, education and information". 
Kebutuhan hidup secara sosial di masyarakat bersangkutan. Selain kebutuhan dasar (biologis, pakaian dan perumahan) juga kebutuhan sosial misalnya iuran warga, biaya penyelenggaraan kematian, biaya pesta perkawinan, dan lain-lain.
Batasannya fisik.
Batasannya fisik dan sosial.
Nilainya lebih kurang sama untuk manusia di belahan bumi manapun. Namun jika dikembalikan kepada pendapatan per bulan misalnya, nilainya bisa berbeda karena perbedaan mata uang dan indeks harga di tiap daerah.
Nilainya sangat berbeda-beda antar komunitas. Orang yang miskin di kota bisa saja begitu pulang kampung di desanya malah dianggap orang kaya.
Lebih objektif, karena  menggunakan pendekatan ilmiah didasarkan kepada pendekatan kesejahteraan (the welfare approach)
Disebut pula dengan “kemiskinan subjektif” karena bergantung penilaian masyarakat setempat (Renata Lok-Dessallien, 2005).

Berlaku secara lebih luas. Satu negara sering hanya punya satu alat ukur saja.
Tiap kelompok dan lapisan masyarakat memiliki batasannya sendiri. Pada kalangan ABG misalnya, tidak memiliki handphone dianggap golongan”miskin”.
Terbatas dan kurang lengkap
Lebih lengkap. BPS membedakan ukuran kemiskinan untuk penduduk di kota dengan yang di desa.

Tentu saja saat ini yang paling banyak dipakai adalah ”kemiskinan secara relatif”. Dimensi yang dipertimbangkan jauh lebih lengkap. Tidak hanya kebutuhan biologis, sandang, dan perumahan; namun juga kebutuhan sosial. Definisi kemiskinan yang sekarang banyak beredar adalah yang masuk di kategori kemiskinan relatif ini. 

*******


Tidak ada komentar:

Posting Komentar