Kamis, 26 Januari 2017

Pupuk Kimia vs Pupuk Organik

Sebagian besar petani di Indonesia masih banyak yang mengandalkan pupuk kimia atau pupuk anorganik,  terutama Urea, TSP, SP36, KCl, dan NPK. Pupuk ini pertama dikenalkan saat revolusi hijau di tahun 1970-an, dan langsung disenangi petani sampai sekarang. Ia disukai karena dampaknya yang signifikan pada pertumbuhan tanaman dan produksi, penggunaannya praktis, dan harga juga relatif terjangkau (karena disubsidi pemerintah).

Penggunaan pupuk organik sering dianjurkan, namun aplikasinya membutuhkan volume yang besar dan berbiaya tinggi. Karena itu, untuk sementara, banyak petani yang mengkombinasikan pupuk organik dengan pupuk kimia, sehingga dapat menghemat biaya pupuk kimia sampai setengah dari dosis biasa.

Perbedaan antara karakter dan implikasi penggunaan pupuk kimia dibandingkan dengan pupuk organik
Pupuk kimia
Pupuk organik

Nama lainnya adalah “pupuk anorganik”

Sering disebut pula dengan “pupuk kompos” atau “pupuk hijau”
Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara makro, tetapi dalam jumlah banyak. Urea misalnya mengandung nitrogen, dan TSP untuk fosfor.
Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya serba sedikit.

Menyebabkan struktur tanah semakin buruk. Penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang menyebabkan tanah menjadi keras, sehingga menghambar perakaran tanaman, dan tanah jadi sulit diolah.
Dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur. Memiliki residual effect yang positif terhadap tanaman di musim berikutnya.

Mudah menguap dan tercuci, terbawa air limpasan dan erosi, atau mengendap dan terakumulasi di dalam liat tanah, sehingga sulit diserap tanaman. Tanah menjadi jenuh dan semakin tidak subur. Pengaplikasian yang tidak tepat akan sia-sia karena unsur hara mudah menguap atau tercuci air.
Memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi.

Tanaman bisa rentan terhadap penyakit dan hama jika hanya pakai pupuk kimia.
Tanaman akan lebih tahan terhadap penyakit dan hama, karena gizinya lebih lengkap.
Mikroorganisme tanah kurang berkembang.
Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.
Dosis penggunaan semakin lama semakin meningkat
Sebaliknya, dosis semakin lama semakin menurun
Diproduksi melalui proses kimia buatan untuk menghasilkan unsur-unsur yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Diproduksi melalui proses alami yang dilakukan oleh mikroba-mikroba bermanfaat bagi tanah.
Bisa dalam bentuk pupuk tunggal maupun pupuk majemuk

Hanya pupuk majemuk. Selain mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman, juga ada kandungan mikroba yang akan membantu memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kesuburan tanah.
Memasok nutrisi langsung ke tanaman dengan memberikan unsur yang dibutuhkan tanaman baik unsur makro maupun mikro. Tanaman mendapatkan unsur yang dibutuhkan tanpa melalui proses biologis dan kimia dalam tanah.
Mengandung bio-aktivator berupa  bakteri pengurai yang mengurai bahan-bahan organik dalam proses pengomposan. Kompos memuat nutrisi tanah yang dapat diserap kembali oleh tanaman. Mikroba ini memperkaya kandungan mikroba yang ada dan mempercepat proses biologi dan kimia dalam tanah. Bakteri penambat N berfungsi menambat nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi tersedia bagi tanaman dalam bentuk amonia/nitrat. Bakteri pelarut fosfat berfungsi melarutkan fosfat dan kalium yang terkandung maupun yang terakumulasi di dalam liat tanah.
Diproduksi dengan teknologi tinggi, yang hanya dikuasai oleh perusahaan besar. Petani jadi bergantung kepada
mereka.
Petani dapat memproduksi sendiri, dari bahan yang ada di sekitarnya, sehingga lebih memandirikan petani.


Pemakaian kompos sangat dianjurkan karena dapat memperbaiki produktivitas tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Secara fisik, kompos bisa menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan pengikatan antar-partikel dan kapasitas mengikat air, sehingga dapat mencegah erosi dan longsor, mengurangi tercucinya nitrogen terlarut, serta memperbaiki daya olah tanah. Jadi, penggunaan pupuk organik bukan semata-mata untuk mendapatkan hasil produksi tanamannya, namun lebih kepada perbaikan tanah dan manfaat dalam jangka panjang. Karena pupuk organik bisa diproduksi sendiri oleh petani, maka ini berimplikasi positif pula pada kemandirian petani. ********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar