Kamis, 26 Januari 2017

Revolusi Hijau vs Revolusi Hijau Berganda

Revolusi hijau (green revolution) sudah sangat kita hafal. Namun, Doubly Green Revolutionmemang konsep yang hampir belum pernah kita dengar di Indonesia. Sebagian orang ada yang menyebut dengan “revolusi hijau pertama” dan “revolusi hijau kedua”. Istilah Doubly Green Revolutiondilahirkan oleh mantan Presiden Rockefeller Foundation Gordon Conway, yang menjadi judul bukunya tahun 1997: Revolusi Hijau Ganda: Makanan untuk Semua di abad 21. Entry kata “doubly” tidak Saya temukan di kamus, jadi untuk sementara It refers to the original Green Revolution , an effort to increase crop yields through breeding of varieties dependent on heavy usage of inputs like fertilizer, irrigation, and pesticides in the 1940s through the 1960s. Doubly Green Revolution” saya terjemahkan menjadi “Revolusi Hijau Berganda” atau bisa juga disebut “Revolusi Hijau yang Direvolusi”.

Ide Conway lahir karena ketidakpuasan pada hasil Revolusi Hijau (RH). Sebaliknya Revolusi Hijau Berganda (RHB) adalah salah satu pendekatan yang juga untuk meningkatkan hasil panen, namun  tetap menjaga lingkungan. However, while emphasizing environmental friendliness, Conway does not define sustainable agriculture as organic and he is a proponent of genetic engineering , synthetic nitrogen fertilizer , and pesticide use, which are not permitted in organic agriculture . Namun demikian, meskipun pun RHB menekankan keramahan lingkungan, namun Conway tidak menyebut dengan tegas pertanian berkelanjutan sebagai organik. Konon Ia  juga pendukung rekayasa genetika, masih mau menggunakan pupuk nitrogen sintetis, dan juga tidak mengharamkan pestisida.

Revolusi hijau merupakan payung pembangunan pertanian yang berlangsung di berbagai belahan dunia sepanjang paruh kedua abad ke 20. Andalannya adalah penggunaan benih unggul (high-yield varieties), peningkatan dosis dan ragam jenis pupuk dan obat-obatan, mekanisasi pertanian, dan penerapan berbagai teknik lain. Revolusi hijau dimulai ketika Rockefeller Foundation dan pemerintah Mexico mendirikan The Cooperative Wheat Research and Production Program untuk peningkatan produksi pertanian tahun 1944. Keberhasilan produksi gandum di Mexico ini lalu diikuti dengan pengembangan program di India dan Pakistan, dan diklaim telah mampu  menyelamatkan 1 milyar manusia dari kelaparan. Program ini terutama berkembang di Benua Afrika dan Asia.

Kritik terhadap RH datang dari pemerhati lingkungan, yaitu tentang menurunnya keragaman biodiversitas (biodiversity) dan kualitas pangan, ketergantungan kepada bahan bakar fosil yang meningkat, serta penggunaan bahan kimia berlebihan berupa pupuk, pestisida, dan herbisida. Akibat pada lingkungan adalah peningkatan polusi karena sisa bahan kimia tersebut pada air dan tanah, degradasi lahan karena penggunaan terus menerus, irigasi intensif, matinya mikroorganisme tanah karena kimia berlebihan, dan erosi tanah. Kritik dari sisi sosial adalah terjadinya ketimpangan, karena usahatani skala kecil tidak mampu bersaing dengan usahatani skala besar yang lebih efisien. Selain itu, juga terjadi ketergantungan yang tinggi terhadap input luar usahatani seperti benih, pupuk dan obat-obatan. Ketergantungan ini bahkan terjadi pada skala makro, yaitu tergantungnya negara berkembang terhadap negara produsen input usahatani tersebut yang umumnya adalah negara-negara maju.
Perbedaan antara revolusi hijau dengan revolusi hijau berganda
Revolusi hijau
Revolusi Hijau Berganda

Disebut juga dengan “revolusi hijau pertama”

“Revolusi hijau kedua”
Adalah upaya meningkatkan hasil panen melalui penggunaan varietas unggul, pupuk, pestisida, dan mekanisasi. Kurang memperhatikan lingkungan.
Adalah upaya peningkatan hasil pertanian, yang terinspirasi oleh keberhasilan revolusi hijau, namun lebih memperhatikan keamanan lingkungan. It refers to the original Green Revolution , an effort to increase crop yields through breeding of varieties dependent on heavy usage of inputs like fertilizer, irrigation, and pesticides in the 1940s through the 1960s.
Mulai dirumuskan tahun 1940-an, berkembang di seluruh pelosok dunia mulai tahun 1960-an.
Konsep awal diluncurkan tahun 1997

Diciptakan ahli biologi AS Prof. Norman Borlaug yang dianugerahi hadiah Nobel tahun 1970. Istilah "Green Revolution" digunakan pertama kali tahun 1968 oleh direktur pertama USAID yakni  William Gaud.
Dicetuskan oleh Presiden Rockefeller Foundation Gordon Conway, tertuang dalam bukunya tahun 1997: “Revolusi Hijau Ganda: Makanan untuk Semua di abad 21”. It refers to the original Green Revolution , an effort to increase crop yields through breeding of varieties dependent on heavy usage of inputs like fertilizer, irrigation, and pesticides in the 1940s through the 1960s.

Tujuannya adalah untuk membantu negara-negara berkembang mencukupi kebutuhan pangannya karena bencana kelaparan dan tekanan penduduk yang masih terus meningkat.
Lebih disemangati oleh keinginan menyelamatkan lingkungan, karena praktek pertanian sebelumnya telah merusak tanah, air, dan kekayaan serta keragaman biodeversitas. Berupaya mengulangi keberhasilan Revolusi Hijau pertama.
Kuncinya adalah mencapai produksi pangan yang cukup.
Produksi pangan yang cukup saja tidak menyelesaikan masalah. Jika petani tidak akses pada pangan, mereka tetap kelaparan.
Prinsipnya adalah penerapan teknologi tinggi, dan target pada produksi pangan yang tinggi
Adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Penerapan ilmu pengetahuan modern dan teknologi, didukung kebijakan ekonomi dan sosial yang tepat.
Tetap sama dengan RH
Merusak lingkungan, karena menggunakan kimia  dan pestisida berlebihan
Menjaga lingkungan dengan teknologi-teknologi yang terseleksi
Produktivitas lebih tinggi dari teknologi konvensional sebelumnya
Lebih produktif dan lebih “hijau” dalam hal konservasi sumber daya alam dan lingkungan
Produksi benih mengandalkan para ahli pemulia tanaman, yang lalu diperbanyak dan dikomersilkan oleh swasta
Merangkul petani sebagai pemulia tanaman. Lebih humanis dan perduli lingkungan.
Petani kaya lebih diuntungkan, karena lebih akses kepada benih unggul, pupuk, pestisida, dan mesin pertanian.
Berupaya agar semua petani memperoleh manfaat dan dampak yang merata.

In Conway's words, a Doubly Green Revolution is defined as follows:Menurut Conway, revolusi hijau berganda didefinisikan sebagai "In effect, we require a Doubly Green Revolution, a revolution that is even more productive than the first Green Revolution and even more 'green' in terms of conserving natural resources and the environment. In the next three decades, it must aim to:sebuah revolusi yang bahkan lebih produktif daripada Revolusi Hijau pertama dan bahkan lebih “hijau” dalam hal konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Revolusi ini memiliki tiga ciri pokok yaitu: ulangi keberhasilan Revolusi Hijau, "On a global scale;pada skala global, dan "In many diverse localities;di daerah yang beragam. Maka, jika disebut dua perbedaan pokok RHB dari RH adalah “lebih produktif dan lebih hijau”. Kesamaan antara keduanya adalah menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan produksi pangan.


Conway maintains that the first Green Revolution was successful and also feels that, while some changes ought to be made to the original Green Revolution model, the overall idea of using science and technology to increase food production should remain unchanged.Ide keseluruhan revolusi hijau tetap tidak berubah. He says: Hampir semua pihak mengakui bahwa Revolusi Hijau telah menunjukkan kemampuan untuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Kelaparan dan kemiskinan bisa dihilangkan melalui penerapan ilmu pengetahuan modern dan teknologi, yang dikombinasikan dengan kebijakan ekonomi dan sosial yang tepat. ******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar