Ada kekhawatiran
berbagai pihak tentang dampak penerapan ekonomi hijau kepada banyak hal yaitu
ketahanan pangan, biofuels, serta
komodifikasi sumber daya alam. Juga
kepada keberlanjutan pembangunan itu sendiri dan bagaimana perubahan
relasi antara Utara-Selatan dan berbagai
kelompok komunitas yang kurang beruntung. Apakah ekonomi hijau mampu
memperbaiki ketidakadilan dan mampu menjawab persoalan pembangunan berkelanjutan?
Bagaimana perannya pada struktur sosial, kelembagaan, dan relasi kekuasaan;
serta pengurangan kemiskinan?
Hal ini
sebetulnya sudah difikirkan sehingga melahirkan sub konsep green jobs, green consumerism, berbagai pelatihan, jaring pengaman
sosial, dan dialog sosial. Pengentasan kemiskinan juga sudah diterima sebagai
satu tujuan ekonomi hijau. Karena itu, PBB telah menyelenggarakan diskusi
berkenaan dengan dampak ekonomi dan lingkungan dari pendekatan “ekonomi hijau”
ini. Hal ini dibicarakan dalam Conference
on Sustainable Development (Rio+20) tahun 2012, dimana salah satu topik
yang diangkat adalah “From Green Economy to Green Society”. Salah satu tema
pokok dalam konferensi ini adalah “Green
Economy for Sustainable Development and Poverty Eradication” (UN, 2011).
Ekonomi hijau
adalah perekonomian yang tidak merugikan lingkungan hidup. Badan PBB untuk
lingkungan hidup (United
Nations Environment Programme)
dalam dokumen “Towards Green Economy”
menyebutkan bahwa ekonomi hijau adalah ekonomi yang mampu meningkatkan
kesejahteraan dan keadilan sosial, serta dapat menghilangkan dampak negatif
pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam.
Cirinya adalah rendah karbon (tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan),
hemat sumber daya alam, dan berkeadilan sosial.
Konsep ekonomi
hijau melengkapi konsep pembangunan berkelanjutan. Sebagaimana diketahui,
prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan adalah “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan”. Ekonomi hijau merupakan motor utama pembangunan
berkelanjutan. Tahun 2012 UNEP telah menetapkan tema Hari Lingkungan Hidup
Sedunia 2012 menjadi: “Green Economy: Does It Include You?
Pembangunan yang
bertumpu pada pertumbuhan produksi terbukti membuahkan perbaikan ekonomi,
tetapi gagal di bidang sosial dan lingkungan. meningkatkan emisi gas rumah
kaca, berkurangnya areal hutan, musnahnya berbagai spesies dan kenaekaragaman
hayati, dan ketimpangan pendapatan penduduk negara kaya dengan negara miskin.
Konsep ekonomi hijau diharapkan menjadi jalan keluar, menjadi jembatan antara
pertumbuhan pembangunan, keadilan sosial serta ramah lingkungan dan hemat
sumber daya alam. Tentunya konsep ekonomi hijau baru akan membuahkan hasil jika
kita mau mengubah perilaku. Pembangunan berkelanjutan dan ekonomi hijau menjadi
alat pembimbing yang kohesif.
Prinsip-prinsip Ekonomi Hijau adalah: pemerataan
distribusi kesejahteraan, ekuitas dan keadilan ekonomi, ekuitas antargenerasi, pendekatan pencegahan,
hak untuk berkembang, internalisasi eksternalitas, kerjasama internasional,
kewajiban internasional, informasi, partisipasi dan akuntabilitas, konsumsi dan
produksi berkelanjutan, strategis, terkoordinasi dan terintegrasi untuk
memberikan perencanaan pembangunan berkelanjutan, ekonomi hijau dan pengentasan
kemiskinan, kesetaraan gender, menjaga keanekaragaman hayati dan mencegah
polusi. Keadilan ekonomi menerapakan prinsip persamaan tetapi tanggung jawab
berbeda. Dalam ekonomi hijau didefinisikan kembali apa itu kesejahteraan. Dalam
konteks internaliasi-ekternalitas adalah membangun nilai sosial dan lingkungan
yang sebenarnya harus menjadi tujuan utama kebijakan. Untuk tujuan ini, harga
pasar harus mencerminkan biaya sosial dan lingkungan secara nyata, sehingga si
pembuat polusi lah yang harus menanggung biaya polusi. Pajak dan kerangka
peraturan harus digunakan untuk mengadili, membuat hal-hal “baik” menjadi murah
dan hal-hal “buruk” menjadi sangat mahal.
Tentang ukuran kesejahteraan, GDP adalah alat
yang memadai untuk mengukur kesejahteraan sosial dan integritas lingkungan.
Banyak kegiatan sosial dan kerusakan lingkungan meningkatkan GDP seperti eksploitasi bahan bakar fosil dan
spekulasi keuangan. Kesejahteraan manusia dan kualitas hidup, dan kesehatan
lingkungan harus menjadi tujuan untuk membimbing pembangunan ekonomi. *********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar