Kamis, 26 Januari 2017

Human Capital vs Sosial Capital

Modal sosial (social capital) cukup sering dikaitkan dengan persoalan pemberdayaan. Kurang keren rasanya jika pada satu diskusi tentang pemberdayaan tidak mengangkat hal ini. Akan terasa kurang sosial jika melulu hanya menyebut-nyebut SDM belaka. SDM sudah “kuno”.
              
Konsep “sumberdaya manusia” (SDM) di Indonesia sudah sangat populer. Konsep ini menjadi landasan dalam merancang berbagai strategi pengembangan manusia. Banyak nama proyek dan program menggunakan frasa “pengembangan sumberdaya manusia”, bahkan di Kementan juga ada Badan Sumberdaya Manusia. Dalam konsep SDM ini, diasumsikan bahwa manusia dapat dikembangkan sebagai individu demi indvidu. Jika individu-individu dalam masyarakat berpendidikan baik, sehat, dan memiliki motivasi tinggi; maka diyakini akan mampu mendorong perubahan.

Saya ingin tekankan, jika kita hanya bicara “sumberdaya manusia” (human resources), artinya kita belum lengkap bicara masyarakat. Konsep SDM tidak lengkap karena hanya bertolak dari konsep human capital, human labour, dan intelectual capital, yang cenderung melihat manusia secara sempit. Disini manusia lebih dipandang sebagai objek ekonomi, atau sebagai kapital agar ekonomi suatu perusahaan maupun sebuah wilayah ekonomi dapat berjalan.

Agar kita bisa melihat manusia secara lebih utuh, maka satu lagi alat yang dibutuhkan adalah menambahkan konsep “social capital” (modal sosial). Hanya dengan memadukan konsep human capital dan social capital, maka analisis kita kepada masyarakat manusia menjadi lengkap, karena keduanya sesungguhnya saling melengkapi. Jika konsep human capital merupakan hasil dari pemikiran para ahli ekonomi, maka social capital merupakan sumbangan dari ahli-ahli ilmu sosial. Social capital melengkapi pendekatan individual otonom yang merupakan karakter utama ilmu ekonomi dalam melihat manusia.

Perbedaan secara diametris antara human capital dan social capital dapat dilihat pada matrik berikut. Jika masyarakat bisa divisualisasikan dengan seperangkat titik-titik dan garis-garis, dimana titik adalah simbol manusia dan garis simbol relasi antar manusia; maka human capital hanya bicara “titik” sedangkan social capital bicara “garis”.

Perbedaan antara human capital dan social capital

Human capital
Social capital
Secara umum, sumberdaya manusia dimaknai sebagai “the persons employed in a business or organization”. Manusia adalah sumberdaya untuk menggerakkan bisnis.
Dalam sosiologi, social capital adalah “...the expected collective or economic benefits derived from the preferential treatment and cooperation between individuals and groups”.
Fokus perhatian pada individu, yakni pada individual agent.
Fokus kepada relasi yang terjadi antar individu, Pada relationship nya.
Jika sekumpulan orang (komunitas) digambarkan dengan sejumlah titik dan garis, maka ia memperhatikan “titik”
Memperhatikan “garis” yang menghubungkan dua titik.
Strategi pengembangan SDM yang dipilih adalah melalui peningkatan kapasitas individual manusia, misalnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Strategi pengembangan SDM melalui proses belajar berupa social learning, group learning, dan lain-lain.
Relasi sosial di masyarakat diperbaiki dengan memperbaiki orang-orangnya.
Orang-orang diperbaiki dari relasi sosialnya.
Memandang bahwa manusia adalah kapital untuk membangun ekonomi belaka
Memandang bahwa manusia bersifat multidimensi, tidak sekedar  sebagai sumberdaya ekonomi belaka. Manusia memiliki sisi religius, sosial dan juga etika dan estetika.
Indikator pengukuran kemampuan SDM adalah melalui tingkat pendidikan, jumlah pelatihan, umur, dan keahlian yang dimiliki individu-individu, serta juga produktivitas kerja
Indikator pengukuran melalui norma, kepercayaan (trust level), jaringan sosial, dan resiprositas yang terbentuk dalam komunitas. Bisa pula mengukur kekompakan sosial (social cohesion), serta nilai dan norma sosial kelompok.
Bidang keilmuan yang memperhatikan terutama ekonomi, ekonomi industri, dan manajemen SDM
Kalangan sosiologi, sosiologi ekonomi, dan mungkin juga ekonomi kelembagaan.

Dalam konsep human capital, manusia dilihat sebagai objek individual, merupakan kapital ekonomi, dan pengembangannya adalah dengan peningkatan kapasitas individual misalnya berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Sebaliknya, social capital melihat manusia sebagai makhluk sosial, yaitu bentuk relasi apa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain.

Manusia adalah kapital. Dalam pengertian tradisional, SDM adalah manusia yang ada dalam perusahaan dan bidang bisnis lain, yang menunjuk kepada individu-individu dalam perusahaan, berkaitan dengan rekruitmen, penggajian, pelatihan, dan lain-lain. Dalam pengertian ini, biasanya digunakan istilah “labor”. Ini merupakan pemaknaan yang sempit, yang hanya melihat pada aspek keterampilan dan kemampuan manusia dalam konteks “employment”. Dalam pengertian yang sederhana ini, manusia hanyalah faktor produksi dan sekaligus komoditas yang cenderung homogen dan dapat dengan mudah dipindahkan dan dipertukarkan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu perusahaan ke perusahaan lain. SDM sama dengan "physical means of production", ibarat mesin dalam sebuah pabrik.

Dalam pandangan yang lebih modern, manusia (human beings) tidak hanya dipandang semata-mata sebagai sumber daya yang pasif dan bekerja sesuai kontrak belaka, namun dipandang sebagai makhluk sosial (social beings) yang dicirikan oleh daya kreatifitasnya yang tak dapat dikalahkan oleh makhluk lain di bumi ini. Manusia dihargai karena memiliki intellectual capital.

Kenapa penting mempelajari dan mengembangkan social capital dalam masyarakat? Karena dengan individu-individu berkualifikasi baik belum jaminan akan terciptanya sebuah kemajuan. Gampangnya begini: jika lima orang doktor ditugaskan merencanakan dan menjalankan satu program ke desa, belum jaminan akan berhasil jika di antara mereka tidak ada modal sosial yang berkembang.

Konsep social capital merupakan pelengkap dari banyak kapital yang sudah berkembang sebelumnya, yaitu natural capital, financial capital, physical capital, human capital, human made capital, dan intelectual capital. Social capital merupakan syarat penting untuk menggerakkan sebuah organisasi, bahkan untuk pembangunan. Untuk itu, social capital harus dikenali dan dikembangkan pula.

Konsep social capital dapat diterapkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat. World Bank memberi perhatian yang tinggi dengan mengkaji peranan dan implementasi social capital khususnya untuk pengentasan kemiskinan di negara-negara berkembang. Menurut World Bank, social capital adalah “…a society includes the institutions, the relationships, the attitudes and values that govern interactions among people and contribute to economic and social development”. Social capital menjadi semacam perekat yang mengikat semua orang dalam masyarakat. Di dalamnya berjalan “nilai saling berbagi” (shared values) serta pengorganisasian peran-peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan-hubungan personal (personal relationships), kepercayaan (trust), dan common sense tentang tanggung jawab bersama.


Jadi, elemen utama dalam social capital mencakup norms, reciprocity, trust, dan network. Social capital tercipta dari ratusan sampai ribuan interaksi antar orang setiap hari. Ia tidak berlokasi di diri pribadi atau dalam struktur sosial, tapi pada space between people. Social capital merupakan fenomena yang tumbuh dari bawah, yang berasal dari orang-orang yang membentuk koneksi sosial dan network yang didasarkan atas prinsip kepercayaan dalam hubungan yang saling menguntungkan (mutual reciprocity). Ia tidak dapat diciptakan oleh seorang individual, namun sangat tergantung kepada kapasitas masyarakat. Beberapa pendekatan pembangunan yang telah menggunakan konsep social capital misalnya adalah pendekatan Community Development dan Communiy Based Management.  ******* 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar