Kamis, 26 Januari 2017

Politik Harga Pangan: Pro Konsumen vs Pro Produsen

Saban terjadi gejolak harga, ramailah jagad media massa. Sebenarnya pemerintah selalu terjepit antara mau membela produsen (petani) ataukah konsumen. Pemerintah harus mampu menjadikan harga komoditas pertanian di pasar sedemikian, sehingga petani tetap dapat untung, dan ibu-ibu pun tidak menjerit.

Kebijakan seputar ini bisa diselaraskan dengan apakah pemerintah pro konsumen atau pro kesejahteraan petani. Panduan idealnya adalah berusaha mencari keseimbangan keduanya, memperjuangkan keduanya. Apa iya? Bukankah yang punya “juru bicara” hanya para konsumen. Siapa juru bicaranya? TV dan koran. Begitu harga naik sedikit, koran dan TV yang lapar berita langsung ribut kayanya kiamat mau datang besok sore. Setiap Saya ke desa, sudah ratusan lebih petani yang protes: “Kenapa sih Pak, harga baru naik sedikit saja langsung impor, langsung operasi pasar? Memangnya petani ga boleh senang juga?

Perbedaan antara kebijakan harga yang pro produsen ataukah pro konsumen

Peduli produsen
Peduli konsumen
Memikirkan, mengutamakan, dan memperdulikan kebutuhan dan kepentingan petani
Mengutamakan kepentingan konsumen, meskipun petani juga konsumen
Indikatornya adalah kemiskinan dan kelaparan di desa
Indikatornya adalah kegaduhan di kota, khususnya ramai tidaknya media massa, padahal masih jauh dari kelangkaan apalagi kelaparan.
Tanggung jawab utamanya ada pada Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan mungkin BPS
Dasar perhitungannya nilai break event point untuk usahatani petani, lalu ditambah berapa keuntungan yang pantas agar petani tetap bisa hidup.
Daya beli konsumen, dan berapa inflasi yang akan mengikutinya.
Ketakutan atau basis kepeduliannya adalah bila petani tidak cukup uang, jatuh miskin, tidak bisa beli benih dan pupuk, dan habis modal untuk menanam lagi.
Tingkat konsumsi menurun, anak-anak kurang gizi
Bentuk program pemerintah misalnya bantuan gratis atau subsidi benih dan pupuk, juga subsidi harga produk pertanian.
Opsinya impor bahan pangan, penurunan bahkan menghapuskan tarif masuk sehingga harga di pasar turun.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar