Pada sebagian
kalangan, yang melihat sebagai isu politik, kemiskinan disebabkan karena kebijakan
politik yang salah yang melahirkan ketidakadilan sosial dan lemahnya kesempatan
untuk memperoleh pendidikan. Dari banyak teori dan pendekatan dalam memahami
kemiskinan, ada dua paradigma atau teori besar (grand theory) mengenai kemiskinan, yaitu paradigma neo-liberal dan
sosial demokrat (Suharto, 2005).
Kaum
neoliberal lebih pro pasar, sementara sosial demokrat tidak. Menurut kaum sosial demokrat yang berbasiskan analisis Karl
Marx dan Frederick Engels: “a free market
did not lead to greater social wealth, but to greater poverty and
exploitation…a society is just when people’s needs are met, and when inequality
and exploitation in economic and social relations are eliminated” (Christine et
al., 1998). Sistem pasar tak akan mensejahterakan semua orang. Pasar bebas
hanya akan menghasilkan kemiskinan dan eksploitasi.
Mereka memandang bahwa kemiskinan bukanlah persoalan individual, melainkan
struktural. Kemiskinan
disebabkan ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat tersumbatnya
akses-akses kelompok tertentu terhadap berbagai sumber-sumber kemasyarakatan.
Meskipun tidak setuju sepenuhnya terhadap sistem pasar bebas, namun kapitalis
masih dipandang sebagai bentuk pengorganisasian ekonomi yang paling efektif.
Hanya saja, kapitalisme perlu dilengkapi dengan sistem negara kesejahteraan
agar lebih manusiawi.
Pendukung
sosial demokrat berpendapat bahwa kesetaraan merupakan prasyarat penting dalam
memperoleh kemandirian dan kebebasan. Pencapaian kebebasan hanya dimungkinkan
jika setiap orang memiliki atau mampu menjangkau sumber-sumber, seperti
pendidikian, kesehatan yang baik dan pendapatan yang cukup. Kebebasan lebih
dari sekadar bebas dari pengaruh luar; melainkan pula bebas dalam menentukan
pilihan-pilihan (choices). Dengan
kata lain, kebebasan berarti memiliki kemampuan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Misalnya, kemampuan memenuhi kebutuhan dasarnya, kemampuan
menghindari kematian dini, kemampuan menghindari kekurangan gizi, kemampuan
membaca, menulis dan berkomunikasi. Negara mestinya harus berperan dalam
menjamin bahwa setiap orang dapat berpartisipasi dalam transaksi-transaksi
kemasyarakatan yang memungkinkan mereka menentukan pilihan-pilihannya dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kemiskinan
menurut paham neoliberal dan sosial demokrat
Neoliberal
|
Sosial demokrat
|
Penyebab kemiskinan adalah persoalan individual, yaitu kelemahan-kelemahan pribadi atau
karena pilihan-pilihan individu yang bersangkutan.
|
Penyebabnya
struktural, yaitu ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat
tersumbatnya akses-akses kelompok tertentu terhadap berbagai sumber-sumber
kemasyarakatan.
|
Pro pendekatan pasar.
|
Pasar bebas hanya akan menghasilkan kemiskinan dan eksploitasi.
|
Kemiskinan akan hilang dengan sendirinya jika kekuatan-kekuatan pasar diperluas
sebesar-besarnya dan pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-tingginya.
|
Kapitalisme perlu
dilengkapi dengan sistem negara kesejahteraan agar lebih manusiawi. Pasar bebas tetap menjadi pilihan.
|
Secara
langsung, strategi penanggulangan kemiskinan harus bersifat “residual”
atau sementara. Negara hanya turun
tangan apabila keluarga, kelompok-kelompok swadaya, atau lembaga-lembaga
keagamaan tidak mampu lagi menangani.
|
Program harus
bersifat institusional (melembaga), misalnya berupa program jaminan sosial,
tunjangan pendapatan, atau dana pensiun.
|
Program
Jaringan Pengaman Sosial (JPS) merupakan hasil dari pandangan ini. Strategi penanganan kemiskinan yang melembaga merupakan tindakan yang
tidak ekonomis dan menyebabkan ketergantungan yang tidak berujung.
|
Pemberian tunjangan
pendapatan atau dana pensiun akan dapat meningkatkan kebebasan karena dapat
menyediakan penghasilan dasar, sehingga orang akan memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dan menentukan pilihan-pilihannya.
|
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar