Kita sudah sering membicarakan kedua tipe pertanian ini. Karena keduanya
mengandung ujung yang sama “nic”,
maka kuatir ada yang bingung lalu menyamakan keduanya. Keduanya sungguh-sungguh berbeda. Pertanian
organik begitu banyak yang pro, sedangkan yang transgenik masih diperdebatkan
dan begitu banyak pula yang anti. Menurut
Altieri (2005), yang cenderung anti tanaman transgenik, kedua jenis
pertanian ini tidak bisa hidup berdampingan, karena sungguh-sungguh berbeda.
Satu kelemahan tanaman transgenik adalah ia harus ditanam terpisah agak
jauh dengan tanaman sejenis lain, karena kuatir akan kawin silang dan terpengaruh
atau mempengaruhi tananam non transgenik di sebelahnya. Dikuatirkan berlangsung
pencampuran gen dan racun kepada organisme non target (nontarget organisms)
dari tanaman yang resisten herbisida dan
resisten serangga. Untuk itu, penanamannya di satu wilayah mesti diisolasi
sedemikian rupa. Syarat ini lalu berimplikasi kemana-mana, sehingga menjadikannya
sebagai sebuah sistem pertanian yang banyak berseberangan dengan pertanian
organik.
Karena mesti ditanam secara monokultur, maka tanaman transgenik (genetically modified crops) berpotensi mengurangi keragaman biodiversitas. Karena dikelola secara intensif, maka ia
membutuhkan input kimia (pupuk dan obat-obatan), juga pengelolaan air yang
berskala besar.
Perbandingan karakteristik pertanian organik dan pertanian transgenik
|
Pertanian transgenik
|
Pertanian organik
|
Asumsi dasar
|
“…their survival depends on the access to genetic resources that
will provide key traits to engineered plants”.
|
“…biodiversity is an integral
part of agroecosystem design”.
|
Ketergantungan kepada bahan bakan fosil
|
Tinggi
|
Sedang
|
Kebutuhan tenaga kerja
|
Rendah, umumnya merupakan TK upahan
|
Sedang, dari TK keluarga sendiri atau upahan
|
Intensitas pekerjaan
|
Tinggi
|
Rendah sampai sedang
|
Intensitas pengolahan lahan
|
Tinggi, kecuali bagi yang menerapkan teknologi tanpa olah
|
Rendah sampai sedang
|
Keragaman tanaman
|
Rendah, karena menerapkan
sistem monokultur tanaman sejenis
|
Sedang sampai tinggi
|
Varietas tanaman
|
Menggunakan varietas transgenik (genetically modified), secara genetis homogen (genetically homogenous), satu varietas
pada areal-areal yang luas.
|
Variasi tinggi, berlangsung hybrid atau open pollinated,
pencampuran varietas pada areal yang sama (variety mixtures)
|
Sumber benih
|
Perusahaan multinasional, semua
dibeli
|
Benih sendiri, dibeli dari
perusahaan kecil setempat
|
Integrasi tanaman
dan ternak
|
Tidak bisa
|
Sangat dianjurkan
|
Hama serangga yang
akan menyerang
|
Sangat tidak bisa diduga
|
Tidak bisa diduga
|
Manajemen hama
|
Menggunakan tanaman tahan hama
(insect-resistant crops)
|
Integrated pest
management, biopesticides, biocontrol, habitat management
|
Penanganan gulma
|
Herbicide-resistant crops, kimiawi, pengolahan lahan
|
Kontrol budidaya secara biologis, rotasi tanaman
|
Penanganan penyakit
|
Chemical, vertical
resistance
|
Antagonists,
horizontal resistance, multiline cultivars
|
Nutrisi untuk
tanaman
|
Dari bahan kimia, pupuk, sistem
terbuka
|
Menggunakan pupuk microbial biofertilizers, pupuk organik, dan sistem semi terbuka
|
Pengelolaan air
|
Irigasi skala besar
|
Sprinkler and drip
irrigation, water-saving systems
|
Penggunaan pupuk dan
obat-obatan
|
Mungkin mengurangi beberapa jenis pupuk dan pestisida,
namun masih sangat bergantung kepadanya untuk mengendalikan serangga dan
gulma yang GM tersebut tidak mampu atasi
|
Menolak pupuk dan pestisida
sintetis kimia sepenuhnya, hanya menggunakan pupuk kandang, pestsida nabati,
dan bahan organik lain
|
Sumber: Altieri, Miguel A. 2005. The Myth of Coexistence: Why Transgenic Crops
Are Not Compatible With Agroecologically Based Systems of Production. Bulletin of Science Technology Society 2005;
25; 361. http://bst.sagepub.com/.....
Secara umum, pertanian organik
adalah suatu sistem produksi pertanian berkelanjutan yang menghindari
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis (Lampkin, 1990). Penggunaan input
diusahakan dari daerah sekitar yang leih murah dan tidak merusak alam, yakni
dengan memanfaatkan matahari, energi angin, pengendalian dengan pestisida
nabati, biologically fixed nitrogen
dan berbagai input penyubur tanah lain dari bahan organik yang ada di alam.
Meskipun tanaman trangenik terbukti
lebih produktif dan dalam beberapa kasus lebih menguntungkan, namun peneliti
melaporkan bahwa tananam yang herbicide-resistant
crops (HRCs) dan Bt crops lemah dalam menghadapi cekaman dan masalah
lingkungan lain yang tidak terduga. Kedua jenis tanaman ini tidak menyelesaikan
masalah yang sesungguhnya, karena pilihan pengendalian hama menjadi lebih
terbatas. Karena menjalankan konsep intensifikasi, maka akan dihadapi pula berbagai
resiko lingkungan dan kekhawatiran berkembangnya organisme yang tidak alamiah (genetically engineered organisms).
Tanaman transgenik (GM crops)
mempromosikan keseragaman genetis (genetic
uniformity) dan monokultur, karena ia tidak akan efektif bila ditanam
dengan mencampur dengan tanaman lain.
Pertanian organik mempromosikan
pertanian-pertanian keluarga sekala kecil sampai menengah dan mengembangkan
perekonomian lokal. Sebaliknya, pertanian transgenik menimbulkan
ketergantungan. Ini juga lah poin keberatan banyak pihak, terutama NGO, ketika
pemerintah mencoba mengembangkan kapas transgenik di Sulawesi Selatan di tahun
2000-an, yang terbukti hanya menimbulkan malapetaka. Uji coba kapas ini banyak
merugikan petani, dan banyak pula kongkalingkong fulus di dalamnya antara pejabat pemerintah dengan perusahaan si
pemilik ekslusif benih tersebut.
Pertanian transgenik dengan
inovasi-inovasi bioteknologinya “…are a
prime example of a technology that promotes economies of scale and
concentration of land in larger holdings throughout the world, both in the
North and the South”. Intinya, jika masih sayang sama petani kita yang
kecil, imut dan ringkih ini; maka
tolak saja keberadaan pertanian transgenik. Pendapat pribadi ini sesuai dengan
kesimpulan Altieri (2005) bahwa “….the
massive use of
transgenic
crops poses substantial potential ecological risks, GM crops are not compatible
with organic farming
or other
alternative forms of production”. Bagaimana pun Kementerian Pertanian secara jelas
pernah memprogramkan pertanian organik secara jelas (Go Organic 2010) dan telah
membagikan ribuan alat pengolah organik ke kelompok-kelompok tani. Sebaliknya,
Kementan belum pernah menyatakan akan menerima pertanian transgenik.
Kita perlu sangat berhati-hati,
karena “….. There are no adequate
safeguards against gene flow between the
GMO and native
organisms where transgenes are likely to affect fitness, decrease genetic
diversity, or increase toxicity” (Steinbrecher, 1996). Dampak kepada lingkungan bisa
sangat tidak terduga karena penyebaran genetis ini (Kendall et al., 1997). Resiko langsung akan
terjadi pada keracunan berupa “… toxicity
of transgenic organisms
to wildlife,
competitive displacement of native species by transgenic organisms or hybrids
with wild species,
and effects on
soil and aquatic ecosystems”, belum termasuk resiko tak langsungnya dan kumulatif
bahayanya. Jadi, bukannya tidak mungkin, namun harus sangat berhati-hati.
Hati-hati! (*****)
Strange "water hack" burns 2 lbs in your sleep
BalasHapusMore than 160,000 men and women are losing weight with a simple and secret "water hack" to burn 1-2lbs every night as they sleep.
It is very simple and works on anybody.
Here's how to do it yourself:
1) Grab a clear glass and fill it half the way
2) Proceed to do this strange hack
and you'll become 1-2lbs lighter when you wake up!