Ekonomi
Islam dan Ekonomi Kristen, meskipun berasal dari landasan agama yang berbeda,
memiliki beberapa kesamaan dalam prinsip-prinsip dasar mereka [1].
Satu, Prinsip. Sama-sama memiliki prinsip keadilan sosial.
Kedua sistem ekonomi ini menekankan pentingnya keadilan sosial. Ekonomi Islam
menekankan distribusi kekayaan yang adil dan menghindari riba (bunga) serta
gharar (ketidakpastian) dalam transaksi. Ekonomi Kristen juga menekankan keadilan sosial dan
kesejahteraan bagi semua orang, dengan prinsip-prinsip yang diambil dari ajaran
Alkitab [2].
Dua, etika bisnis. Kedua sistem ini menekankan pentingnya etika dalam bisnis. Ekonomi Islam mengajarkan kejujuran, integritas, dan tanggung jawab sosial dalam semua transaksi ekonomi. Demikian pula, Ekonomi Kristen menekankan prinsip-prinsip etika seperti kejujuran, integritas, dan keadilan dalam kegiatan ekonomi.
Tiga, pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua sistem ini mengutamakan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi Islam mendorong pemberdayaan ekonomi melalui zakat, sedekah, dan wakaf. Ekonomi Kristen juga mendorong kedermawanan dan solidaritas dengan sesama, serta memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Para penganut Kristen diperintahkan untuk memberikan sumbangan berupa uang atau barang kepada gereja dan sumbangan tersebut didistribusikan untuk kepentingan gereja dan juga disalurkan kepada orang yang membutuhkan baik penganut kristen maupun penganut nonkristen [3].
Lalu, terkait riba,
pelarangan riba yang tertulis dalam berbagai agama, telah mengarahkan para
pemuka agama dan ekonom dunia untuk melakukan dialog agama dan ekonomi yang
dalam bentuk konferensi "Etika Ekonomi dan Bisnis dalam Kristen dan Islam"
yang diselenggarakan di Aula Minor Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas
atau Universitas Angelicum, Roma, Italia pada tanggal 15 Mei 2015. Konferensi
yang bertujuan untuk mendialogkan agama dan ekonomi tersebut memberikan hasil
bahwa sebenarnya konsep ekonomi syariah merupakan konsep yang dapat diterima
oleh berbagai agama [4].
Empat, pengelolaan
sumber daya. Kedua
sistem ini mengajarkan bahwa manusia adalah pengelola (steward) dari sumber
daya yang diberikan oleh Tuhan. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab
untuk mengelola sumber daya dengan bijaksana dan bertanggung jawab [5].
Lima, keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan. Ekonomi Islam dan Ekonomi Kristen sama-sama menekankan pentingnya keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Prinsip ini mencakup menjaga dan melestarikan alam untuk generasi mendatang.
[1] Dibantu aplikasi “bing AI”.
[2]
https://tambahpinter.com/perbedaan-agama-islam-dan-kristen/
[3] Elysa Najachah. Universalitas
Ekonomi Syariah (Pendekatan Dialog Agama). Journal of Islamic Studies and
Humanities Vol. 5, No. 1 (2020) 32-41 DOI:
http://dx.doi.org/10.21580/jish.v5i1.6957
[4] Elysa Najachah. Universalitas Ekonomi Syariah (Pendekatan Dialog Agama). Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 5, No. 1 (2020) 32-41 DOI: http://dx.doi.org/10.21580/jish.v5i1.6957
[5]
https://akumuslim.asia/perbandingan-antara-islam-dan-kristian/
(Bagian dari Buku: Syahyuti. 2024. Kesejajaran dan inklusifitas EKONOMI KERAKYATAN, EKONOMI PANCASILA, dan EKONOMI SYARIAH: sebuah catatan pengantar (draft 29 Agus 2024)
https://syahyutiekonomipancasila.blogspot.com/2024/09/
********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar