Filsafat sering disebut sebagai "ibu" dari semua ilmu, karena banyak cabang ilmu yang kita kenal hari ini berakar dari pertanyaan-pertanyaan filosofis yang diajukan oleh para filsuf kuno. Filsafat dan ilmu memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi.
Filsafat merupakan asal usul ilmu pengetahuan. Banyak bidang ilmu pengetahuan modern, seperti fisika, biologi, dan psikologi, bermula dari pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang alam semesta, kehidupan, dan pikiran. Misalnya, fisika berasal dari filsafat alam (natural philosophy), yang bertujuan untuk memahami hukum-hukum dasar alam.
Filsafat berkontribusi pada pengembangan metode
berpikir kritis dan analitis yang digunakan dalam ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan sering kali mengadopsi metode deduktif dan induktif yang diuraikan
dalam filsafat.
Filsafat membantu dalam mengeksplorasi dan
mempertanyakan asumsi dasar yang mendasari ilmu pengetahuan. Filsuf sering kali
mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan meta-ilmiah, seperti "Apa itu
pengetahuan?" dan "Apa yang membedakan ilmu pengetahuan dari
non-ilmu?"
Filsafat juga berperan dalam mengintegrasikan
pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu untuk memahami gambaran yang lebih
besar tentang realitas. Filosofi ilmu pengetahuan (philosophy of science)
mengkaji dasar-dasar konsep ilmiah, metode, dan batasan-batasan ilmu.
Dengan demikian, filsafat tidak hanya memberikan
fondasi bagi ilmu pengetahuan, tetapi juga terus memainkan peran penting dalam
mengarahkan, mengkritisi, dan memperluas pemahaman kita tentang dunia melalui
refleksi kritis dan analitis. Hubungan antara filsafat dan ilmu adalah hubungan
yang dinamis dan saling memperkaya.
Perbedaan mendasar antara filsafat dan ilmu, dimana
dari sisi pendekatan: flsafat cenderung lebih teoritis dan spekulatif,
sementara ilmu lebih empiris dan eksperimental.
Objek studi filsafat sering membahas konsep-konsep abstrak yang tidak
dapat diukur langsung, seperti makna hidup dan moralitas. Ilmu fokus pada
fenomena yang dapat diukur dan diuji, seperti hukum fisika dan reaksi kimia.
Namun keduaya punya persamaan yaitu:
· Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya
menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
· Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan
atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukkan sebab-akibatnya. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu
pandangan yang bergandengan
· Keduanya mempunyai metode dan sistem
· Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang
kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
Aspek |
Filsafat |
Ilmu |
Definisi |
Studi tentang sifat dasar realitas, eksistensi,
pengetahuan, etika, dan pikiran. |
Sistem pengetahuan yang terorganisir berdasarkan
bukti empiris dan metode ilmiah. |
Tujuan |
Mengeksplorasi dan memahami konsep-konsep dasar
tentang dunia dan kehidupan. |
Menjelaskan, memprediksi, dan memahami fenomena alam
melalui pengamatan dan eksperimen. |
Metode |
Spekulatif, reflektif, dan analitis. |
Observasi, eksperimen, dan metode empiris lainnya. |
Pendekatan |
Cenderung lebih kualitatif dan teoritis. |
Cenderung lebih kuantitatif dan eksperimental. |
Objek Studi |
Hal-hal yang tidak dapat diukur secara langsung,
seperti makna hidup, moralitas, dan keberadaan Tuhan. |
Fenomena yang dapat diukur dan diuji, seperti hukum
fisika, reaksi kimia, dan organisme hidup. |
Sifat
Pengetahuan |
Bersifat subyektif dan dapat bervariasi berdasarkan
interpretasi individu. |
Bersifat obyektif dan didasarkan pada bukti yang
dapat diulang. |
Kepastian |
Banyak pertanyaan yang tetap terbuka dan tidak
memiliki jawaban yang pasti. |
Mencari kepastian melalui pengujian dan verifikasi
ulang yang ketat. |
Contoh |
Pertanyaan tentang apa yang membuat sesuatu itu
moral atau etis. |
Penelitian tentang bagaimana penyakit menyebar atau
bagaimana gen diwariskan. |
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar