Senin, 16 Juni 2014

Sinopsis Buku


Judul:  “Mau INI apa ITU?: Komparasi Konsep, Teori dan Pendekatan dalam Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (125 versus 125)“

 
 
Penulis: Syahyuti
Cetakan I, Mei 2014
Ukuran : 15 x 23 cm
Halaman : xxx+396
ISBN : 978-602-1379-04-2
Diterbitkan oleh :
Pt. Nagakusuma Media Kreatif
(Amplitudo Media Science)
Anggota IKAPI No.469/DKI/XI/2013

SINOPSIS

Sebagaimana di bidang lain, dunia pengetahuan tentang pedesaan dan pertanian dipenuhi berbagai konsep, teori, pendekatan, dan juga metode-metode riset. Antar mereka saling bersaing, tumbuh, adu kekuatan. Ada yang lalu tumbuh berkembang terus dipakai lama oleh para ahli, namun ada juga yang ditinggalkan, diganti atau dibuang. Sebagian tumbuh dan berkembang, namun sebagian surut dan dikalahkan, dan akhirnya mati.
 

Pedesaan dan pertanian tidak berdiri sendiri. Ilmu di bidang ini terkait dengan ilmu-ilmu dasar lain, misalnya ilmu ekonomi dan sosial. Ketika konsep-konsep ilmu sosial digunakan dalam ranah pembangunan pertanian, sementara di kalangan ilmuwan sosial sendiri masih diliputi kekaburan, tumpang tindih dan adanya inkosistensi konsep; maka penerapan teorinya otomatis juga akan kacau. Cukup banyak elemen ilmu sosial yang digunakan dalam pembangunan pertanian, tidak hanya konsep, namun juga teori dan bahkan metode. Beberapa metode pemberdayaan diturunkan dari metode dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.

 
Menciptakan sebuah istilah merupakan capaian kerja ilmiah yang penting, sangat bergengsi. Istilah yang baru menandakan bahwa ia telah berhasil menemukan sesuatu yang baru. Namun, dalam beberapa kejadian, istilah yang baru tersebut tidak sungguh-sungguh suatu hal yang berbeda. Kadang perbedaannya sedikit saja. Kadang-kadang istilah baru dibuat sekedar “penanda” eksistensi si ilmuwan atau sekelompok ahli saja, sebutlah sekedar “kegenitan ilmiah” saja.

 
Terlalu banyak istilah mengakibatkan semakin rumitnya para pembelajar untuk memahaminya. Fenomena ini merupakan hal yang jamak pada ilmu-ilmu sosial. Istilah yang baru dapat berupa menggantikan istilah lama, mengokupasinya, melengkapinya, atau hanya sekedar melabeli karena label yang lama sebenarnya keliru. Bisa pula terjadi, seorang pencipta asli digantikan labelnya oleh ahli setelahnya, meskipun isinya tidak berubah. Sehingga tidak aneh pula, satu objek yang sama diberi label yang berbeda-beda.

 
Dalam buku ini saya sengaja memperbandingkan antar objek, sebagai cara saya menjelaskan kepada pembaca. Ini adalah gaya penjelasan baru, dimana matrik-matrik yang saya susun menjadi alat penjelas utama. Mungkin sebagian pembaca akan agak kesulitan memahaminya. Namun saya sengaja memilih cara ini karena dengan cara begini akan memudahkan pembaca mengikuti perbedaan dan persamaan dua  atau lebih objek yang dibahas.

 
Namun, perlu diingat bahwa tidak selalu komparasi ini betul-betul berlawanan keduanya. Adakalanya yang satu adalah bagian dari yang kedua, bisa pula yang satu melengkapi yang satunya. Bukan pula pembaca harus memilih salah satu sebagai yang lebih benar. Dikotomi ini betul-betul untuk menjelaskan saja. Namun pada banyak hal dikotomi tersebut memang benar-benar eksis adanya. Mereka memang sungguh-sungguh bertentangan.

 
Dikotomi atau konsep baru timbul karena banyak alasan, yaitu karena perbedaan dasar berfikir atau paradigma, melengkapi pemikiran sebelumnya, meluaskan pemikiran sebelumnya, atau karena menghadapi kondisi yang berbeda sehingga konsep dan teori lama sudah tidak berlaku.

 
Pembedaan di buku ini dilakukan secara diametral atau terpolar. Tidak selalu untuk memihak salah satu kubu, karena bisa saja keduanya dikombinasikan. Isi buku terdiri atas delapan bab, diawali denga bab tentang konsep-konsep pokok dalam bidang pertanian dan pedesaan, misalnya tentang Pembangunan Pertanian,  Pembangunan Pedesaan, Agribussiness, Agroekologi, Ketahanan Pangan, Kedaulatan Pangan, Diversifikasi Pangan, Pertanian Kapitalis, Pertanian Rakyat, Corporate Farming, Pertanian Kota, serta Pertanian sebagai Sektor Ekonomi dan sebagai Landasan Peradaban.

 
Lalu pada bab 2 diuraikan perihal berkenaan dengan petani, mencakup peasant, farmer, petani besar versus petani kecil, rasionalitas petani, serta perlindungan petani dan pemberdayaan petani. Bab 3 berkenaan dengan lembaga dan organisasi petani, memuat berbagai konsep dasar berkenaan dengan individual action, colective action, nilai, norma, individual organization, secondary level organization, serta gapoktan dan  koperasi. Berikutnya, bab 4 berisi tentang pemberdayaan petani mencakup monitoring dan evaluasi, stakeholders, pelatihan dan pendampingan,  community organizing dan community development, partisipasi, human capital versus sosial capital, penyuluhan, advokasi, farmer field school dan farmer business school, rra dan pra, serta beragam konsep dan cara pengukuran kemiskinan.

 
Permasalah agraria disampaikan di bab 5 yang berisi permasalahan reforma agraria, landreform, tanah negara vs tanah ulayat, perbandingan antara pendekatan pembangunan pertanian dengan  landreform vs agribisnis, revolusi pertanian vs involusi pertanian, konsolidasi tanah, delandreformisasi, serta kebutuhan lahan vs ketersediaan lahan untuk pertanian.  Lalu, bab 6 berisi perosalan perdagangan yang menjelaskan pelaku serta organisasi di perdagangan, yaitu membedakan antara pedagang dengan broker, organisasi wto vs gatt, perdagangan bebas dan perdagangan adil, world economy forum dan world social forum , serta politik harga pangan antara yang pro konsumen vs pro produsen.  Bab 7 berkenaan dengan ilmu dan teknologi pertanian, mulai dari yang teknis sampai dengan sosial ekonomi. Dan, bab terakhir berkenaan dengan ekonomi hijau , ekonomi biru, sustainable development, revolusi hijau vs revolusi biru dan revolusi hayati, good agricultural practices serta pertanian organik.

 

*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar