Bagi kita di Indonesia, sering pembangunan pertanian dan
pedesaan sama dan sebangun. Pembangunan pedesaan pastilah pembangunan
pertanian, dan sebaliknya. Padahal tidak juga demikian. Keduanya berbeda. Pendekatan dan bentuk-bentuk kegiatan yang
dijalankan akan berbeda. Memang banyak
organisasi bahkan departemen di beberapa negara menyatukan urusan pertanian
dengan pembangunan pedesaan dalam satu wadah.
Sebuah seminar berjudul “The Future of Small Farms”
dilakukan tanggal 26-29 Juni 2005 oleh International Food Policy Research
Institute (IFPRI) dan Overseas Development Institute (ODI). Ada satu sub bab
dalam prosidingnya yaitu “Beyond
Agricultural Production to the Importance of the Rural Economy as a Whole”. Disini, pembangunan pertanian
dipandang sebagai komponen pokok dalam pembangunan pedesaan. Pointnya adalah bagaimana memfasilitasi transisi dari
pedesaan yang berbasiskan pertanian kecil menuju ekonomi pedesaan dengan sumber
ekonomi beragam, mampu berkompetisi di pasar internasional, dan lebih dinamis.
Komparasi
antara pembangunan pertanian dengan pembangunan pedesaan
Pembangunan
pertanian
|
Pembangunan
pedesaan
|
Bertujuan memproduksi komoditas pertanian untuk
memenuhi kebutuhan nasional, mengelola sumber daya alam, dan mensejahterakan
petani pelakunya.
|
Bertujuan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan. Berkaitan dengan
upaya peningkatan kualitas kehidupan di pedesaan dan kesejahteraan ekonomi
untuk mereka yang tinggal di pedesaan.
Secara tradisional adalah upaya mengekploitasi
sumber daya alam, berupa pertanian dan kehutanan. Saat ini
berkembang
menjadi industri di pedesaan dan juga pariwisata.
|
Dipengaruhi iklim, kultur dan teknologi. Ilmu
yang dibutuhkan adalah biologi tanaman dan hewan, tanah dan iklim, juga sosial
ekonomi.
|
Memiliki
karakter yang melekat dengan lokasi geografis, sehingga bidang ilmu yang
digunakan adalah ekonomi, sosial, manajemen pembangunan dan politik.
|
Fokusnya misalnya peningkatan keterampilan agribisnis,
investasi pertanian, industri pengolahan (agri-food
industry), manajemen lingkungan, kesehatan hewan (animal welfare), kualitas
dan keamanan pangan, dan upaya
memelihara tradisi
(preservation of cultural heritage).
|
Objeknya pada penyediaan
infrastruktur fisik dan sosial, fasilitas pendidikan, kesehatan, dan
pemukiman.
|
Pengetahuan kita tentang pembangunan pertanian
saat ini terpengaruh oleh perspektif industri. Kita berusaha menerapkan
cara kerja industri dan ingin produknya mirip-mirip produk industri
(seragam).
|
Terpengaruh oleh persepktif yang bias kota. Desa dibangun dengan harapan
mirip-mirip kota.
|
Metode dan analisis yang digunakan mulai dari
analisis budidaya, tata niaga hasil, keuntungan, pengorganisasian petani, dan lain-lain.
|
Metode
studi yang digunakan misalnya adalah PRA (Participatory Rural Appraisal) dan RRA
(Rapid Rural Appraisal). |
Dulu yang dipentingkan adalah jumlah produksi,
produktivitas, dan produktivitas
tenaga kerja. Sekarang juga mempertimbangkan kesehatan lingkungan,
keanekaragaman hayati, dan pangan
yang sehat.
|
Dulu
ukurannya adalah ekonomi terutama pendapatan penduduk pedesaan. Saat ini juga
telah mempertimbangkan lingkungan, kualitas hidup, dan perubahan-perubahan
struktur ekonomi yang lebih adil.
|
Dalam hal
integrasi antara pembangunan pedesaan
dengan kebijakan pembangunan regional, Norwegia dan Swiss mengintegrasikannya,
sedangkan di Australia dan Eropa umumnya memisahkannya. Sementara antara
pembangunan pedesaan dan pertanian, Australia dan AS misalnya memisahkannya, namun di Norwegia
disatukan. Kasus lain, Jepang menjadikan pembangunan pertanian adalah
kendaraan untuk menjalankan pembangunan pedesaan (OECD, 2010). Fokus
pembangunan pertanian adalah peningkatan
keterampilan agribisnis (business skills)
untuk petani menghadapi tekanan global dan iklim misalnya di Australia, Kanada
dan AS. Namun di Eropa umumnya mencakup
investasi pertanian, industri pengolahan, manajemen lingkungan, kesehatan
hewan, kualitas dan keamanan pangan, serta upaya memelihara
tradisi.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar