Konsep
“agribisnis” begitu mempesona Indonesia. Mulai petani gurem sampau menteri dan
presiden begitu yakin agribisnis adalah jawaban dan solusi untuk Indonesia.
Setelah 2-3 dekade ramai, sekarang mulai timbul ide-ide lain. Salah satunya
adalah pendekatan “agroekologi”. Beberapa kampus mulai melirik ide ini.
Beberapa suara sumbang mulai terdengar tentang agribisnis. Sesuai dengan
ciri dasarnya, maka agribisnis akan menimbulkan spesialisasi pada tiap
lininya, mulai dari hulu sampai hilir. Agribisnis
mendorong tumbuhnya perkebunan-perkebunan, sampai terwujudnya food estate. Melalui agribisnis, pertanian
diproduksi secara industri, dalam jumlah sebanyak-sebanyaknya dengan ukuran
seragam dan bersifat monokultur, penerapan
mekanisasi pertanian hingga bio-teknologi. Maka, berbagai
kerusakan lingkungan akan mengikutinya.
Agribisnis
juga memunculkan pasar bebas di dunia pertanian, agar tidak muncul hambatan
dalam transaksi antar lini agribisnis. Akibatnya, bertani
bukan lagi untuk kehidupan, tapi untuk
memproduksi komoditas. Selanjutnya pemodal kuat akan menguasai pasar pertanian
sehingga petani kecil hanya menjadi bagian dari elemen agribisnis saja (buruh
murah misalnya). Terjadinya ekspansi usaha besar-besaran
perusahaan-perusahaan transnasional (TNCs) ke negara-negara
berkembang yang kaya akan sumber daya alam namun masih kurang mapan dalam segi
ekonominya. Upah yang
rendah di
negara-negara berkembang dan alam yang asri, begitu
menggiurkan. Apalagi kita menghamparkan karpet merah tebal untuk swasta-swasta
besar yang kita hormati dengan sebutan “para investor”.
Mereka yang galau dengan
perkembangan ini mencari opsi lain, salah satunya adalah ke “agroekologi”.
Mungkin juga bukan sesuatu yang baru-baru amat, karena ide dasarnya adalah
tentang keselarasan dengan lingkungan. Ide ini
bahkan sudah berkembang jauh sebelum orang tergila-gila dengan
“agribisnis”.
Sebagaimana juga “kedaulatan
pangan”, “agroekologi” merupakan konsep yang diciptakan oleh organisasi La Via Campesina. La
Via Campesina adalah organisasi petani internasional yang
memiliki anggota di puluhan negara yang tersebar di seluruh dunia,
dan berupaya menawarkan solusi atas sepak terjang korporatisasi agribisnis yang mulai mengkhawatirkan. La Via Campesina percaya bahwa kaum
tani di seluruh dunia memiliki potensinya masing-masing yang khas. Sebagai organisasi yang berbasis kaum tani, La Via
Campesina bertanggung jawab untuk menumbuhkembangkan kebanggaan, rasa percaya
diri dan kemandirian kaum tani.
Perbedaan antara pendekatan agribisnis dengan agroekologi
Agribisnis
|
Agroekologi
|
Bertani sebagai bisnis. Komoditas pertanian adalah objek bisnis, untuk
mencari keuntungan.
|
Adalah penerapan
konsep dan prinsip ekologi dalam merancang dan mengelola keberlanjutan,
keanekaragaman hayati, dan ekositem pertanian yang berkeadilan.
|
Dapat disebut dengan “Ilmu Bisnis Pertanian”
|
“Ilmu Lingkungan Pertanian”
|
Tujuan dasarnya adalah manajemen dalam mengelola usaha pertanian sehingga
menguntungkan bagi pelakunya.
|
Tujuan pokoknya adalah melawan dominansi korporatisasi agribisnis yang merajalela dan menyingkirkan petani-petani kecil, dan menjebak
mereka sebagai buruh tani seumur hidup
|
Lahan
dikontrol perusahaan besar
|
Lahan
dikontrol petani-petani kecil yang banyak
|
Aktor utama adalah perusahaan (private)
|
Aktirnya adalah masyarakat secara kolektif
|
Dalam hal pengelolaan kehutanan menggunakan konsep “Industrial Forestry”
|
“People Forestry”
|
Dalam hal peternakan menggunakan konseo “Industrial
Husbandry”
|
“Food
Integrated Husbandry”
|
Berusaha
untuk dipasarkan
|
Prosumen
|
Basis
teknologi yang digunakan adalah revolusi
hijau yang terbukti banyak merusak lingkungan.
|
Agroekologi, menjaga kesuburan lingkungan.
|
Pola
pertanaman monokultur industrial skala luas
|
Polikultur
skala kecil ekologis
|
Dasarnya adalah kebijakan neoliberal yang datang dari
WTO, FTA, EPAs, World Bank, dan IMF
|
Semangat
dunia yang berkeadilan sosial, new
emerging forces, dan solidaritas
|
Mengandalkan energi fosil
|
Desentralisasi
energi, mengutamakan tenaga manusia
|
Konsep
yang digunakan adalah agribisnis dan ketahanan pangan
|
Kedaulatan pangan (food sovereignity)
|
Ciri
teknologinya input
tinggi dan memanipulasi alam
|
Hemat
input dan biaya, pengurangan resiko kegagalan, cocok untuk lahan marjinal,
pertanian rakyat, untuk pemenuhan nutrisi, kesehatan, dan lingkungan.
|
Kemandiriannya rendah
|
Kemandirannya tinggi
|
Cakupan keilmuan yang digunakan menyempit. Agribisnis hanya bagian dari
ilmu ekonomi
|
Melebar dan mengembang. Menggunakan berbagai ilmu (interdisiplin) mulai
dari biologi, fisika, ekonomi dan antropologi
|
Ekologi
sesungguhnya adalah ilmu tua. Ia berbicara tentang hubungan antara organisme
dengan lingkungan. Ekologi sebagai suatu ilmu mencari latar belakang penjelasan
yang sama untuk fenomena yang serupa dalam berbagai ekosistem yang sangat
berlainan satu sama lain. Ekologi bersifat inter-disiplin, karena untuk
dimengerti harus ditarik beberapa pengertian. Teori ekologi disarikan dari
banyaknya teori yang luasnya terbatas.
Agroekologi
adalah keseluruhan pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan total antara
organisme dengan lingkungannya yang bersifat organik maupun anorganik.
Agroekologi lebih mementingkan faktor lingkungan dan budidaya lingkungan. Karena itu, pertanian berpola agroekologi secara
keseluruhan melibatkan banyak faktor, terutama manusia, hewan (hewan besar dan bahkan jasad renik), lahan (ketinggian, tanah, air, dan tanaman),
dan iklim (sinar matahari, suhu, kelembaban,
angin, dan curah hujan). Agroekologi merupakan gabungan tiga kata, yaitu agro (=pertanian),
eko atau eco (=lingkungan),
dan logi atau logos (=ilmu).
Secara sederhana, agroekologi dimaknai sebagai “ilmu
lingkungan pertanian”.
Agroekologi
lebih menekankan pentingnya memperhatikan faktor lingkungan dalam budidaya
pertanian. Pertanian bukan sekedar interaksi antara petani dengan tanamannya.
Konsep agroekologi mengenal model pengelolaan berdasar kondisi agroekologi yang
bersifat spisifik. Masing-masing lokasi dapat berbeda kondisi agroekologinya,
sehingga memerlukan manajemen/pengelolaan yang berbeda pula. Konsep
pengelompokan agroekologi ini sering disebut sebagai Zone Agroekologi (Agroecological Zone).
Agroekologi
mengembangkan agroekosistem dengan tingkat ketergantungan minimal atas input
eksternal, sehingga mengoptimalkan interaksi dan sinergi antara komponen
biologi. Hal ini akan menyediakan mekanisme bagi sistem kesuburan tanah,
produktivitas dan perlindungan tanaman. Agroekologi
menjawab kebutuhan teknologi bagi petani kecil. Sistem agroekologi ini sudah
sesuai dan sejalan dengan kriteria pengembangan teknologi bagi petani kecil.
Kriteria tersebut adalah berbasikan pengetahuan lokal dan rasional; layak
secara ekonomi dan dapat diakses dengan menggunakan sumber-sumber lokal;
sensitif pada lingkungan, nilai sosial dan
kebudayaan; mengurangi resiko dan bisa diadaptasi oleh petani; serta
meningkatkan secara keseluruhan produktivitas dan stabilitas pertanian.
Pelaksanaan
sistem agroekolologi ini akan memberikan perubahan drastis yang sangat positif
bagi petani kecil. Agroekologi juga akan semakin membuat petani kecil mandiri
karena tingkat kemandirian yang semakin tinggi dalam memproduksi pupuk, benih,
dan pengendali hama sendiri. Satu hal yang berbeda, mereka bertani bukan
semata-mata untuk dijual, tapi untuk dikonsumsi demi meningkatkan gizi
keluarga. Jika pada satu pagi di kandarng terkumpul 10 butir telur, maka 2 atau
3 di antaranya untuk dimakan sendiri. Bukan demi mendapat uang
tunai, lalu gizi terabaikan. Demikianlah prinsip
agroekologi. *******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar