Esensi
ilmu ekonomi adalah bagaimana mencapai efisiensi melalui alokasi sumber daya
secara optimal. Namun dalam perjalanannya, berbagai bidang dan cabang
ilmu telah berkembang dengan banyak variannya. Salah satunya, yang paling
menarik perhatian adalah “Ekonomi Kelembagaan”.
Untuk memahami ini, akan lebih mudah jika dibandingkan dengan ekonomi neoklasik.
Namun demikian, sebelum bicara perbedaannya, dalam banyak hal ekonomi
neo klasik juga banyak sejalan dengan ekonomi
kelembagaan (Paarlebrg, 1993). Kesejalanannya tersebut
adalah dimana esensi dari keduanya adalah
bagaimana menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa yang terbatas, percaya
pada manusia akan mampu menanganinya, percaya
pada sistem atau mekanisme insentif dan disinsentif, percaya
pada prinisp-prinsip utilitas yang semakin lama semakin berkurang, juga meyakini hukum bahwa jika harga naik produksi barang dan
jasa meningkat, maka permintaan akan turun. Ilmu ini pun
meyakini akan mampu
mengatasi kompetisi pasar yang tidak sempurna.
Ilmu
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana perilaku individu dan masyarakat
dalam membuat pilihan (dengan atau tanpa uang) menggunakan sumber-sumber yang
terbatas, dengan cara atau alternatif terbaik untuk menghasilkan barang dan
jasa sebagai pemuas kebutuhan manusia yang cenderung
tidak terbatas. Barang dan jasa yang dihasilkan kemudian didistribusikan untuk
kebutuhan konsumsi sekarang dan di masa yang akan datang kepada berbagai
individu dan kelompok masyarakat.
Perbedaan antara ilmu ekonomi
dengan ekonomi kelembagaan
Ekonomi (klasik/neoklasik)
|
Ekonomi Kelembagaan
|
|
Economics
is the social science that studies the behavior of individual, groups, and
organizations (called economic actors, players, or agents), when they manage
or use scarce resources, which have alternative uses, to achieve desired
ends.
|
Institutional economics focuses on understanding the role of the
evolutionary process and the role of institutions in shaping economic
behaviour.
|
|
Disebut juga “ekonomi
ortodoks” dengan banyak asumsi (given) seperti persaingan bebas, persaingan
sempurna, manusia rasional, motivasi memaksimalkan keuntungan, dan meminimasi
pengorbanan ekonomi.
|
Sebagai upaya
‘perlawanan’ terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi neoklasik. Menurut Douglas North ekonomi
kelembagaan masih
menggunakan dan menerima asumsi dasar dari ekonomi neoklasik
mengenai kelangkaan dan kompetisi,
tetapi meninggalkan asumsi rasionalitas instrumental (instrumental rasionality).
|
|
Mengandaikan pasar akan berjalan sempurna. Meskipun
tidak terbukti, tetap saja mengandaikan demikian.
|
Bertolak dari kegagalan pasar. Fokus pada kelembagaan
nonpasar, seperti hak kepemilikan, kontrak, dan lain-lain.
|
|
Hanya menggunakan ilmu ekonomi. Menggunakan pendekatan
materialistik dengan observasi terutama pada komoditas dan harga. Fokus pada particularism.
|
Mancakup ilmu
pengetahuan sosial ekonomi, budaya dan terutama ekonomi politik, menggunakan pendekatan idealistik, dan fokus
utamanya melihat pada transaksi. Fokus pada holism (keseluruhan) atau cara
pandang menyeluruh (holistic way) dengan perspektif
multidisipliner.
|
|
Efisiensi
akan dicapai melalui persaingan. Postulat utamanya pada keseimbangan.
|
Efisiensi dicapai melalui kerjasama. Postulatnya justeru pada
ketidakseimbangan.
|
|
Diasumsikan bahwa biaya transaksi nol, rasionalitas bersifat instrumental, dan individu
hanya insentif ekonomi. Percaya pada free
will.
|
Sosial,
budaya, politik, hukum, dll. Butuh non market institution. Percaya pada behaviorist.
|
|
Untuk
menyelesaikan masalah-masalah praktis digunakan
instrumen motif-motif
ekonomi yaitu pendapatan, laba, material (Witte, 1988). Faktor non ekonomi
tidak masuk dalam operasi hukum ekonomi.
|
Penyelesaian
masalah ekonomi yang spesifik dari kebijakan
publik dengan mempertimbangkan ekonomi, sosial, psikologi, sejarah, hukum,
politik, administrasi dan teknik. Menguliti dampak dari kelembagaan terhadap
ekonomi. Ekonomi dan kelembagaan saling bolak balik mempengaruhi.
|
|
Lebih banyak menganalisis, metodenya positivism, mengandalkan ekonometrika.
|
Lebih banyak mendeskripsikan dan mempresentasikan
fakta, dengan metode normatif mengandalkan
data-data kualitatif. Ekonometrika bisa dipakai bisa tidak.
|
|
Mangandalkan asumsi, preconception
dan berbasiskan elemen
normatif.
|
Memperhatikan
fakta. Fakta adalah segalanya, bukan fakta ekonomi yang kaku,
namun lebih beragam. Segala informasi dihargai
sebagai data yang berguna.
|
|
Dalam
melakukan teorisasi menggunakan model, dan pengambilan
kesimpulan secara deduktif.
|
Menekankan
pada fakta, dengan metode induktif.
|
|
Proses
ekonomi dipandang sebagai sebuah sistem yang tertutup.
|
Proses ekonomi terbuka,
merupakan bagian
dari jaringan sosikultural. Saling hubung antar bagian dan
dengan keseluruhan, menggabungkan ekonomi dan non
ekonomi dan dengan proses sosial, memperhatikan
evaluasi sistem sosial, dan proses sosial itu sendiri, serta menerima prinsip sebab akibat.
|
|
Perilaku
untuk memaksimalkan kepentingan pribadi. Menerima
struktur apa adanya. Struktur sosial dan kekuasaan telah ada.
|
Kultur
dan kekuasaan menentukan perilaku individu. Norma dan nilai mengikat
individu, dan perilaku cederung kolektif. Lebih
pluralistik dan dinamis.
|
|
Tokohnya misalnya Adam Smith dan
Alfred Marshall
|
Thorstein B. Veblen dan
John R. Commons
|
|
Sumber: Yustika (2006).
Banyak pihak melihat kegagalan
aliran ekonomi Neoklasik karena masalah filosofis, karena terlalu mengandalkan pendekatan kuantitatif,
dan bertumpu pada paham positivism;
yang melihat suatu realita hanya dari sudut permodelan yang disederhanakan. Ekonomi kelembagaan merupakan
suatu reaksi dari ketidakpuasan terhadap aliran Neoklasik yang merupakan
kelanjutan dari aliran Klasik ini. Aliran
ekonomi kelembagaan percaya bahwa kondisi ekonomi akan menentukan bentuk
struktur kelembagaan. Aliran ekonomi kelembagaan merupakan
reaksi dari dominasi aliran ekonomi ortodoks (utama), yang bukan saja di negara
maju banyak dikritik, namun juga terbukti gagal di negara
berkembang. Ekonomi kelembagaan memahami masalah
ekonomi dengan mengaitkan dengan disiplin
ilmu-ilmu lainnya, sehingga pendekatannya lebih holistik. *********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar